Selama 10 hari ini, rutinitas saya dimulai dengan lari setengah jam mengelilingi daerah yang saya kunjungi: Serpong, Tangerang, Klaten. Dengan berlari saya lebih bisa merekam suasana jalan dan sekeliling dengan lebih seksama. Rasa canggung mudah dihilangkan dengan berlari karena saya merasa lebih dekat dengan alam dan penduduk sekitar.
Setelah lari baru saya sarapan dan berhenti sebentar menikmati suasana pagi. Jika ada pekerjaan, baru saya mulai jam 10. Jika tidak ada, maka saya berkunjung ke saudara atau menuju ke tempat tempat favorit saya: warteg, tukang cukur tepi jalan, warung kopi, pasar rakyat.
Tahun ini saya menggunakan Grab. Wah ternyata enak juga. Saya memakai app Grab dan harga servis sopir sekitar 20% lebih murah dari taksi biasa. Ke Soekarno-Hatta saya bayar Rp 150 ribu termasuk biaya tol dari Alam Sutera, sementara balik ke Jalan Raya Serpong saya bayar Rp 200 ribu memakai taksi biasa. Kesimpulannya taksi biasa boleh dipakai juga, tapi taksi Grab cepat sekali merespons permintaan (sekitar 3 sampai 10 menit) sementara taksi biasa belum tentu tersedia dalam waktu sekitar 5 menit.
Saya menikmati menyetir di Jakarta karena berbeda sekali dengan di Canada. Di Indonesia saya harus periksa cermin terus untuk mengetahui posisi sepeda motor sekeliling. Akselerasi tidak bisa cepat agar tidak ditubruk atau menubruk sepeda motor. Ada aturan right-of-way seperti di Canada tapi tidak mutlak; fuzzy logic works here in Indo. Sepeda motor adalah raja di jalan, baru setelah itu pejalan kaki dan pengendara mobil. Navigasi di jalan dibantu oleh Mbah Google dan harga data internet di Indonesia jauh lebih murah dari di Canada.
Kita ke Klaten Senin lalu memakai Argo Lawu dari stasiun Gambir. Jalan Sudirman tidak terlalu macet di pukul 5 karena ada aturan nomor plat ganjil-genap.
Cuaca di Klaten bulan Agustus sangat enak. Siang hari suhu mencapai 27 derajat tapi kelembaban tidak tinggi sehingga tidak berkeringat. Pagi hari jam 6 suhu turun ke 18 derajat. Cuaca di Klaten lebih nyaman dari di Denpasar karena kelembaban yang rendah.
No comments:
Post a Comment