Tuesday, September 20, 2022

Pujaan Hatiku

 

Aku sekarang tahu rasa hati seorang yang telah bertemu teman hidupnya. Tiap pembicaraan membuka jendela yang mengalirkan hangat sinar mentari ataupun deras titik-titik air hujan. Sudah tidak penting lagi apa yang melewati jendela itu. Apakah mentari, air hujan, bahkan pekat debu terhembus angin kencang. 

Karena jendela itulah hakikat teman hidup. Seseorang yang membuka mata hatiku akan semua yang terlewatkan. Seseorang yang bisa melengkapi setiap kalimat yang aku ucapkan. Seseorang yang mengerti setiap pikiran dan langkah kecilku. Seseorang yang aku rindukan setiap hari. Seseorang yang mempunyai mimpi masa depan sama.

Lewat dia aku merasakan pantulan pikiran dan perbuatanku. Aku merasa diperiksa seksama, dinilai adil, dan diberi dorongan untuk menjadi lebih baik. 

Aku tidak menyangka akan bisa bertemu teman hidup seperti dia. Latar belakang kita berbeda. Daerah asal kita berbeda. Riwayat hidup kita berbeda. Kita bak asam dan garam yang bertemu di belanga.

Dia jauh lebih menawan daripada aku. Aku terhenyak tatkala dia mau menyambut tanganku. Dia bilang aku orang yang dia tunggu.

Rupanya pengalaman hidup dia amatlah kaya. Cerita masa kecilnya penuh dengan orang-orang yang dia sekaligus kagumi dan takuti. Masa kuliah terisi upaya mencari jati diri. Masa membina keluarga yang merekam keberanian dan pengorbanan tulus. Masa sendiri yang memberi kesempatan untuk menguji prinsip hidup yang dia pegang teguh.

Aku sudah tidak ragu lagi. Aku tertegun: Kenapa aku tidak bertemu dia dari dulu. Aku tetap bersyukur akan kehadirannya. Aku banyak belajar dari dia untuk menjadi jiwa lebih merdeka dari kungkungan keinginan sesaat. 

Air mataku meleleh saat aku ingat cerita-cerita sedihku dan harapan akan hari-hari nanti yang lebih baik. Benar bahwa dia yang mencintaiku penuh telah berikan aku kekuatan berlipat.

Teman hidup seperti dia akan membuatku tentram. Kecerdasannya timbul di setiap untaian kata dan ujaran pertanyaan. Tutur kata lembutnya membekas di benakku. Aku tak kuasa untuk tidak menuruti setiap kehendaknya. Dia sudah jadi pujaan hatiku.

 



Friday, July 9, 2021

Pandito

Jiwaku meronta ingin merdeka. Walau rasa ini butuh waktu setahun untuk lahir ke permukaan. Aku tapi tidak bisa bohong, termasuk orang-orang yang aku kenal beberapa bulan terakhir ini.

Proses cerai yang aku alami akhirnya menuju ke rasa jiwaku sebenarnya. Bahwa aku berjiwa pandito - seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan berkelana, yang hidup memilih sendiri, yang ingin mengajarkan ilmu yang aku punyai hanya ke mereka yang siap belajar.

Jiwa pandito ini sudah lama tumbuh dan hidup sejak aku bersekolah SD di Surabaya. Aku tidak bisa ditundukkan oleh kepercayaan apa pun. Kesetiaanku hanya kepada mencari kebenaran yang aku dapat sendiri. Aku tidak bisa ditundukkan oleh ajaran tutur kata orang lain yang sebenarnya tidak mengalami sendiri ajaran itu.

Syarat-syarat hidup pandito berat. Aku harus hidup amat sederhana tanpa berlebih, mengurangi kesenangan-kesenangan sesaat, dan meluangkan waktuku hanya untuk belajar, menemukan sesuatu yang baru, dan untuk berkelana. Tidak ada yang permanen sekarang di hidupku. Semua yang mengelilingku aku biarkan bergerak. Semua yang mengelilingku aku tujukan untuk mengabdi ke ilmu dan kreasi. Proses ini sudah aku mulai di awal Juli 2021. Akhirnya aku harus berani hidup seperti yang aku impikan.


Saturday, February 13, 2021

Budaya Jawa

 


Sebagai orang Jawa saya malu memeluk budaya lain. Budaya Jawa -utamanya Jawa Tengah- amat ampuh dan luhur dengan kerendah hatian dan kelembutannya. Saya sudah berkunjung ke banyak negara dan berani bilang tidak lebih dari sepuluh budaya bangsa lain yang sederajat dengan budaya Jawa. Lingkupan budaya Jawa meliputi seni, bahasa, sastra, filsafat, arsitektur, bela diri, senjata, busana, makanan. politik, sejarah, sehingga budaya Jawa lengkap sebagai tuntunan hidup.

Budaya seni Jawa juga lengkap: percakapan, sastra, musik, tari, drama. Lengkapnya budaya seni Jawa direpresentasikan oleh pagelaran wayang kulit. Tidak ada pertunjukan seni di dunia yang sebanding dengan wayang kulit, baik dari lama waktunya sampai ragam seni yang ditontonkan. Wayang kulit bisa enam sampai delapan jam dan berisi gamelan, puisi, lagu, komedi, legenda. Kerap saya dihibur dan tersenyum trenyuh mendengar kelembutan tutur kata para dalang-dalang dan sinden yang mengingatkan saya akan tanah Jawa.

Filsafat Jawa mendahului agama-agama yang akhirnya menetap di tanah Jawa. Prinsip memayu hayuning bawana dan sangkan paraning dumadi mempunyai prinsip sepadan di agama-agama ini.Tidak heran orang Jawa asli tidak akan mudah tergiur mengikuti dengan buta ajaran agama-agama ini.

Orang Jawa asli tampak pendiam karena dia sudah kaya budaya. Dia tidak butuh kekayaan lain yang dia tahu tidak akan sepadan dengan apa yang sudah bersemayam di hatinya. Orang Jawa asli akan berbudaya tinggi. Rasa bangga akan asal usul ini penting untuk berjejak dan berjalan di muka bumi ini. Rasa jiwa ini tidak bisa ditiru oleh merasa benar sendiri karena keyakinan atau agama yang dipeluknya, karena rasa jiwa ini bersumber pada terpenuhinya dahaga. Jika saya merasa tidak haus lagi, cukup buat saya untuk tersenyum simpul dan diam.

Orang Jawa asli tidak akan melupakan sejarah luhur yang terukir abadi. Dari kerajaan Mataram Kuno di abad 8 kemudian kerajaan Singasari dan diteruskan oleh Majapahit sampai abad 15 yang menjaga perdamaian di bumi Nusantara dan Asia Tenggara. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan bendera Merah Putih adalah petilasan jaman keemasan Majapahit. Dibalik kerendahan hati dan kelembutan tutur kata tersimpan kekuatan tekad dan keberanian orang-orang Jawa yang merambah dunia.

Saya terkadang membayangkan apa tidak lebih baik orang-orang Jawa sebagai kesatuan etnik (budaya) berdiri sendiri sebagai negara. Sebagai upaya merengkuh kedaulatan budaya dan kedigdayaan bangsa Jawa di kancah dunia. Pikiran murni seorang keturunan Jawa yang peduli dengan kelestarian budaya Jawa dan nilai-nilai luhurnya.

Jika suku Jawa dianggap sebagai satu bangsa, maka bangsa Jawa adalah sedikit bangsa di negara Indonesia yang sangat peduli dan bergotong royong melestarikan budayanya sendiri. Bangsa lain di negara Indonesia yang mempunyai tekad dan hasil sama adalah bangsa Bali. Kedua bangsa ini, Jawa dan Bali, adalah dua yang setia akan sejarah dan nenek moyang mereka.

Wednesday, February 10, 2021

Cerai

 

Cerai bukan akhir. Ibarat sungai mengalir ke muara, setiap hubungan pernikahan akan berujung. Cerai mati atau cerai hidup berhakikat sama. Berpisah. Cerai mati bisa dilukiskan menggambarkan hubungan abadi. Cerai hidup juga bisa dilukiskan menggambarkan hubungan abadi karena setelah cerai kehidupan justru tetap berjalan. 

Cerai mati bisa dilukiskan menggambarkan hubungan tidak abadi. Tetapi kenangan akan tetap hidup. Cerai hidup bisa dilukiskan menggambarkan hubungan tidak abadi. Tetapi kehidupan malah tetap berjalan.

Jadi cerai adalah risiko dan kenyataan yang harus diterima saat kedua orang memutuskan menikah. Seperti mati setelah hidup. Tua setelah muda.

Cerai tidak pantas membuat orang sedih atau malah putus asa. Cerai tidak beda dengan kehilangan satu teman diantara milyaran orang di bumi. Cerai adalah ranting patah dari pohon yang tetap hidup dan berkembang.

Cerai malah membuka kesempatan baru buat dua orang yang memutuskan berpisah. Cerai membasuh sembuh luka lama yang tersimpan. Cerai adalah kuntum yang muncul di ujung ranting.

Setiap orang tua yang memutuskan cerai seharusnya bermental baja. Karena perilaku mereka menjadi contoh anak-anak mereka. Anak-anak ini lah yang menjadi hasil nyata pernikahan yang berujung perceraian.

Cerai bukan akhir. Seperti musim yang silih berganti, cerai adalah satu dari keempat musim: berkenalan, berhubungan, berpisah, mencari.

Yang perlu diawasi adalah masa pergantian musim. Saat prahara alam seperti banjir bisa terjadi. Pancangkan titik pandang sejauh mungkin agar kita tidak terpaku ke masa pergantian musim yang terkesan tidak menentu. 

Ada kesempatan dalam setiap ketidaktentuan. Jadilah pribadi yang kuat dan bersahaja. Berpikir tanpa berpamer. Mencari tanpa bersuara. Berkenalan tanpa terburu. Biarlah musim berganti seperti mestinya. Alam semesta adalah teman kita semua.

Akhir 2019


Sesampai di puncak Gunung Batur jam setengah enam pagi November 2019, kulihat puncak Gunung Rinjani di ufuk timur. Kuambil gitar dan kunyanyikan "Naik naik ke puncak gunung ...". Suara parauku tidak kupedulikan karena yang kuingat hanya rasa senang sudah sampai ke puncak di usia menjelang lima puluh.

Bersama sebelas mahasiswa engineering University of Calgary dan mahasiswa teknik mesin Universitas Udaya, kami bekerja bakti di desa Tenganan Dauh Tukad memasang pipa pompa air dan mesin pencacah plastik.

Kegiatan di tahun-tahun depan akan mengerucut ke mengajar aplikasi mekanik terutama di teknik mesin dan mendisain beberapa mesin yang dimulai awal 2019. Jalan masih jauh walau tidak lama lagi.

Kecintaanku ke budaya Jawa semakin mendalam. Wayang kulit, tayuban, campursari.

Wednesday, January 15, 2020

Berlian


Calgary hari ini amat dingin. Suhu sekitar -30 derajat C sejak Senin kemarin. Untung angin tidak bertiup kencang. Sudah sejak awal tahun saya jalan ke dan dari kampus tiap hari, termasuk di suhu dingin seperti ini. Terlihat ada gunanya: pikiran bisa lebih berkonsentrasi dan kerja bisa lebih lama.

Kemarin saya membaca artikel tentang Peter Woit yang berpendapat string theory "not even wrong" karena teori ini tidak bisa dibuktikan dengan eksperimen. Periset string theory tidak tinggal diam dan kedua kubu terlibat polemik online berkepanjangan mengenai benar tidaknya string theory.

Keberatan Peter Woit bukan sekedar iseng karena riset awalnya di fisika partikel dan string theory sendiri memang sangat dipopulerkan oleh beberapa perisetnya seperti Brian Greene. Peter Woit keberatan dana riset berharga dibelanjakan untuk riset yang tidak bisa dicek keabsahannya oleh eksperimen. Periset string theory mempopulerkan teorinya karena dana riset mereka tergantung kepopuleran ini mengingat teori ini belum bisa (tidak bisa?) diverifikasi oleh eksperimen.

Tiap periset teoretis fisika murni dan terapan yang mengerjakan bidang riset baru berhadapan dengan beberapa kemungkinan negatif berlapis:
1. Riset tidak bisa diformulasikan dalam persamaan matematika;
2. Persamaan matematika tidak mempunyai solusi;
3. Solusi persamaan tidak cocok dengan hasil eksperimen;
4. Solusi persamaan tidak berpotensi berguna luas;
String theory sudah mengalahkan kemungkinan 1 dan 2, tapi formulasinya tidak unik, menurut yang saya baca. Bisa diputuskan string theory masih spekulatif, dan periset string theory yang mempopulerkan teori ini bisa juga diputuskan seperti "salesman". Mereka bisa dibilang kurang adil dan kurang jujur. Mereka tidak ubahnya seperti penjual minyak oles untuk menumbuhkan rambut dada yang saya dulu jumpai di luar pagar Kebun Binatang Surabaya.

Jika kemungkinan2 hasil riset ini dikawinkan dengan aktivitas "self promotion" seperti di atas maka tambah rumitlah ekosistem riset. Ada bermacam tingkat kemungkinan diatas dan karakter periset.

Mencari berlian riset baru akhirnya memang tergantung pada hasil nyata riset. Menurut saya, periset yang membidani bidang riset yang masih di kemungkinan 1 dan 2 sebaiknya tidak mengoceh terlalu banyak. Dia harus kerja lebih keras mencari hasil nyata yang cocok dengan eksperimen. Sebelum itu sebaiknya tidak bicara banyak. Dari sudut pandang ini saya setuju dengan Peter Woit untuk polemik string theory diatas.

Hasil nyata riset fisika teori murni adalah kecocokan teorinya dengan hasil eksperimen. Selama ini belum ada, sebaiknya diam. Hasil nyata riset fisika teori terapan adalah produk yang dibuat berdasarkan teorinya. Banyak contoh keberhasilan riset murni dan terapan, dari bom atom sampai laser. Mereka membuktikan tanpa samar kebenaran teori yang melandasi prinsip kerja.

Di abad 21 sekarang sangat sukar mencari teori fisika murni yang benar-benar baru. Tinggal teori fisika terapan saja yang terbuka lebar untuk inovasi, tapi teori fisika terapan ini turunan dari yang murni. Dari sudut keilmuan, teori fisika terapan tidak begitu menakjubkan. Yang menakjubkan adalah produk yang dibuat berdasarkan teori fisika terapan.

Kemenangan absolut (berlian) riset abad 21 akan berada di produk-produk baru. Tidak begitu penting teorinya karena tidak ada yang benar-benar baru. Di sinilah yang membuat saya kadang termenung sedih: kok sukar sekali mencari teori baru ya. Sementara yang lama saya tidak pernah tertarik, apalagi mengikuti orang lain. Pemikiran akan produk baru ini yang sekarang membimbing saya di riset unicycle yang saya kerjakan sekarang: (i) Apa bisa membuat robot unicycle? (ii) Apa bisa membuat self-driving motorcycle? (iii) Bagaimana bentuk teori dinamika kedua kendaraaan ini dan bentuk control system mereka?

Monday, January 13, 2020

Pengabdian


Apa yang bisa saya petik dari pelajaran pemberhentian kerja tidak akan berguna jika saya tidak mempersiapkan diri.

Teman, sobat, bahkan sahabat tidak begitu berguna. Mereka tidak bisa berbicara banyak. Tertawa seperti menertawakan. Menangis seperti menangisi. Tidak ada kata yang bisa diucapkan. Itu pelajaran pertama terpenting.

Mulai selalu dari yang pungkasan, bukan dari wiwitan. Ini pelajaran kedua terpenting. Tidak semua orang menerima ini; itulah hidup. Yang awal adalah saat ini, dan jika saya masih ribut dengan yang sekarang, maka saya sudah kalah.

Jadi tidak usah sedih apa pun yang terjadi sekarang.

Pandanglah jauh ke depan. Apa cerita pungkasan yang saya mau buat?

Surutkan 3-5 tahun ke arah sekarang dan tanyakan: Bagaimana cerita pungkasan itu akan kubuat?

Semua akan kembali ke kedigdayaan hati untuk mencari sendiri. Ini pelajaran ketiga terpenting. Tidak ada kata menyerah.

Dan hanya satu saja yang terpenting selain yang kumau: keluarga. Ini pelajaran keempat terpenting.

Jika kamu tidak mengerti keempat pelajaran ini, pembaca blogku, saya yakin kamu sudah merugi di hidupmu.


Monday, December 30, 2019

Tayub Tuban


Kemarin saat saya menyelesaikan nilai akhir mahasiswa di mata kuliah Capstone Project, mata kuliah skripsi tahun empat, dengan membaca laporan akhir mereka, saya dikejutkan oleh alunan musik tayub Tuban yang saya dengar di Youtube. Saya bilang dikejutkan karena saya dari Surabaya dan Tuban hanya sekitar 100 km ke arah barat, tapi seumur hidup saya belum pernah mendengar seperti apa musik tayub itu persisnya.

Yang saya pernah dengar adalah musik tayub dihubungkan dengan sinden-sinden (para waranggono) yang menjajakan dirinya dan para lelaki hidung belang mabuk. Yang saya dengar musik tayub dihubungkan dengan kemesuman remang-remang malam dan pergaulan bebas. Itu pun saya sudah lupa darimana saya mendengarnya. Tapi kesan tayub ini tidak pergi juga.

Betapa salahnya saya! Tayub Tuban adalah musik otentik Jawa yang super chill! Tayub melukiskan perasaan kangen saya ke budaya Jawa. Para lelaki yang mendengarkan musik ini di panggung berjoget lemah lembut dengan berselendang. Sendirian, tanpa ditemani berduaan oleh para sinden. Karawitan tayub Tuban yang saya lihat di Tuban berlangsung siang hari. Salah saya berlipat jadinya. Anda bisa cek sendiri musik tayub Tuban di Tayub Tuban: Super Chill!

Musik tayub buat saya menggambarkan suasana hati orang Jawa: tenang, pasti, menghanyutkan. Saya akan berjoget dengan gerakan pelan sekali dan berselendang mengikuti irama mendayu-dayu tayub. Saya tidak menyangka musik seperti ini bisa datang dari tempat selain Surakarta atau Yogyakarta.

Selama 2 tahun terakhir ini saya menikmati pertunjukan wayang kulit lewat Youtube. Musik karawitan gamelan saat acara Limbukan atau Goro-Goro di pertunjukan wayang kerap terlalu nge-pop buat saya. Gending Liwung, Podang Kuning, Gubug Asmoro, dinyanyikan dengan cepat dan energetik. Sementara saat dinyanyikan sinden tayub lagu-lagu ini berubah melankolis dan lembut sekali. Edan! Saya langsung kesengsem.


Saturday, October 12, 2019

Kampus


Melihat perkembangan di tanah air 2 bulan terakhir, setelah saya balik di Calgary dari tanah air, saya melihat begitu sukarnya usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Partai politik yang semestinya mewakili rakyat lewat pemilihan umum hampir pasti sebagian besar memperjuangkan kepentingan mereka sendiri. Pemerintah yang disandera oleh kepentingan partai politik akhirnya berseberangan dengan mahasiswa yang oleh sebagian besar rakyat dianggap lebih murni mewakili suara rakyat.

Perkembangan ini cukup membuktikan buat saya bahwa pemerintah dan partai politik tidak akan bisa berbuat banyak memperbaiki kesejahteraan rakyat. Ketidakmampuan pemerintah dan partai politik ini sudah tidak asing diketahui oleh rakyat negara2 maju. Pemerintah dan partai politik itu keharusan sistem tata negara untuk mewakili kedaulatan negara dan melindungi rakyat satu negara dari serangan luar, sehingga sangat naif jika kita berharap banyak dari pemerintah dan partai politik.

Saya tidak melihat ada kesadaran diatas di tanah air, bahwa pemerintah dan partai politik sejatinya mandul atau paling maksimum hanya mempunyai peran pembantu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena yang hanya bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat ya hanya rakyat sendiri.

Akan lebih naif lagi jika kita berharap pemerintah dan partai politik akan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Ada empat institusi bangsa penting: pemerintah, partai politik, kampus, dan institusi budaya seperti agama (masjid, gereja) dan kesenian (industri kesenian). Dari keempat ini hanya kampus lah yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, berpikir tentang hal-hal berjangka panjang, dan berfungsi ganda di bidang ekonomi dan sosial sekaligus. Tapi kenapa justru di Indonesia fungsi kampus ini tidak dominan. Anggaran riset kampus sangat kecil. Gaji dosen perguruan tinggi negeri jauh lebih kecil dibandingkan anggota DPR dan manajer di BUMN.

Saya pesimis akan ada kemajuan berarti di bidang kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Kesemuanya karena anggaran negara tidak dipakai untuk mendidik tunas-tunas bangsa dengan baik untuk masa depan yang lebih baik. Sesederhana itu sebab ketidakmampuan tanah air untuk maju menapak ke masa depan dengan langkah kuat.

Thursday, August 29, 2019

Jepang


Jepang adalah bangsa yang patut dicontoh. Dalam waktu 6 jam saat menunggu pesawat yang membawa saya ke Vancouver, saya diingatkan betapa Jepang menghargai keunikan dan keyakinan sendiri. Sikap ini tercermin dalam disain toilet yang lengkap dengan penyemprot air karena begitulah budaya buang air besar di Jepang; tercermin dalam disain mobil dan truk kecil yang melengkapi airport Narita dan Haneda.

Sebulan lalu saya masih di Indonesia, dan membandingkan kedua bangsa ini saya harus akui bangsa Nusantara telah pergi jauh dari asal usulnya. Kepergian saya jauh dari tanah lahir saya seakan menggambarkan kerinduan saya akan tanah air yang asli dan berani mandiri. Rasa asli dan mandiri ini kuat saya rasakan jika di Bali.

Jika kita tidak bisa memeluk asal usul kita dengan erat, maka kita akan kehilangan arah. Itu sari cerita pengalaman sebulan saya di Indonesia. Dua tahun terakhir saya keliling Jawa dan Bali untuk mencari tempat tercocok buat saya pensiun. Ternyata tempat tercocok ada di kota kelahiran saya, Surabaya. Kenyamanan Surabaya sebagian besar karena rekaman ingatan saya tentang Surabaya dan begitu banyak teman-teman saya dan istri yang berasal dari Surabaya. Jadi janganlah sebagai bangsa kita melupakan asal usul kita.

Surabaya akhirnya saya pilih walaupun panas, karena kota ini lebih bersih dari yang saya sudah singgahi di Jawa dan Bali. Surabaya akhirnya saya pilih walaupun berbahasa kurang halus, karena warganya lebih bisa menerima perubahan yang lebih baik dan bersikap terbuka. Surabaya adalah tempat bercampurnya budaya Jawa, Madura, dan Cina. Makanan di Surabaya banyak yang enak dan cocok buat lidah saya: pedas dan asin.

Tempat kedua adalah Denpasar, Bali. Kota yang melukiskan keberanian Nusantara untuk tetap setia ke asal usulnya. Kota yang melukiskan keunikan budaya Nusantara di tengah percaturan dunia. Kota yang terbuka walaupun kesetiaan budayanya. Kota tempat berbagai budaya berbaur.

Itulah yang saya hargai. Keterbukaan tanpa melupakan asal usul. Keberanian untuk tetap berbeda dan tidak mudah ikut arus. Terima kasih Surabayaku dan Baliku. Arigato gozaimasu.

Thursday, August 15, 2019

Jalan Tol Jawa


Perjalanan darat Jawa-Bali adalah perjalanan menyenangkan penuh kenangan buat saya. Menjadi komplit dengan menaiki kapal feri Ketapang-Gilimanuk. Pengalaman menyeberang Selat Bali sangat menyentuh hati saya dan membuat saya tertegun akan luasnya Nusantara. Bangsa ini benar mempunyai hamparan laut amat luas.

Perjalanan saya dimulai dari Jakarta dengan naik kereta api Argo Lawu dari stasiun Gambir ke stasiun Solo Balapan di Solo. Setelah menginap 12 hari di Klaten, kami melanjutkan perjalanan dengan naik kereta api Sancaka dari Solo Balapan ke stasiun Gubeng di Surabaya. Esoknya, saya menyetir mobil sewaan ke Denpasar dari Surabaya.

Etape Surabaya - Probolinggo diselesaikan cepat dengan memakai jalan tol selama sejam. Kami berhenti sebentar di Probolinggo untuk mengunjungi keluarga dan kemudian langsung ke Ketapang melalui Situbondo. Banyak perbaikan jalan antara Probolinggo dan Situbondo ke arah timur. Jalan sekitar Baluran mengingatkan kami akan alam California karena pepohonan kering. Banyak sekali monyet-monyet berderet di pinggir jalan. Rute Probolinggo - Ketapang lewat Situbondo diselesaikan dalam 4 jam. Feri Ketapang - Gilimanuk butuh paling tidak 90 menit, sementara penyeberangannya sendiri 1 jam dengan biaya Rp 158 ribu.

Perjalanan darat dari Gilimanuk ke Denpasar butuh 4 jam. Jalan bagus tapi sempit dan berkelok-kelok antara Negara dan Mengwi. Sepeda motor, truk, bus, mobil berbaur padat sampai tengah malam. Kami tiba di Kuta tengah malam.

Untuk balik ke Surabaya kami menempuh jalur selatan lewat Banyuwangi - Jember - Lumajang - Probolinggo. Banyuwangi - Jember cukup lancar. Jalan amat sangat berkelok sebelum Jember, di sekitar Gumitir. Jalan gunung Gumitir ini lebih elok dari di Puncak. Rute Lumajang - Probolinggo rusak parah. Jalan bergelombang dan dipadati truk-truk pengangkut pasir. Rute ini butuh 2 jam sendiri untuk jarak 50 km. Setiba di gerbang tol Probolinggo Timur, saya butuh 1 jam untuk sampai di Surabaya dengan jarak 100 km lewat jalan tol. Jalur selatan Probolinggo - Ketapang bisa 2 jam lebih lama dari jalur utara Probolinggo - Ketapang.

Kami lega bisa menikmati jalan tol Jawa. Pengendara jarak jauh di Jawa amat sangat dibantu oleh adanya jalan tol ini. Jalur jalan negara biasa berkecepatan rata2 40 km/jam sementara di jalan tol 100 km/jam. Kendaraan akan cepat rusak melalui jalan biasa karena rendahnya kualitas jalan. Hitungan kasar kerusakan bisa 2 kali lebih cepat terjadi dengan tidak memakai jalan tol.

Pada saat sama romantika perjalanan di Jawa berhubungan erat dengan jalan biasa. Melihat akrobat pengendara memakai sepeda motor dengan bermuatan apapun, dari mebel sampai anak sampai damen (galah padi kering). Berbagai macam warung berjualan berbagai makanan. Itulah drama bepergian di pulau Jawa. Amat sangat mengesankan buat saya yang sudah puluhan tahun tidak menikmati riuh rendahnya.


Friday, August 9, 2019

Be Careful What You Wish For


Tahun 2018 saya menghabiskan waktu 3 minggu di Bali dan tahun ini –2019– saya menghabiskan waktu 3 minggu di Jawa. Kira-kira 50% waktu saya tinggal di desa, jadi perspektif saya tidak melulu perkotaan. Saya ingin merekam pendapat umum saya tentang masalah pendidikan tinggi dan teknologi.

Intinya, masyarakat Indonesia sekarang –saat ini– secara umum belum siap untuk mengejar ketertinggalan teknologi agar bisa berkompetisi secara global. Dari sudut pengetahuan, secara umum ada jurang pengetahuan lumayan lebar untuk bisa dikejar dalam waktu 2-3 tahun. Dari sudut aplikasi, secara umum sangat jarang ada interaksi industri dan akademis. Ketertinggalan pengetahuan hanya bisa dikejar dengan perombakan sistem pendidikan menyeluruh. Ketertinggalan aplikasi hanya bisa dikejar dengan meningkatnya kualitas pengajar universitas. Keduanya butuh waktu dan uang, yang saya taksir sekitar 10-20 tahun jika bersungguh sungguh.

Saya tidak melihat masyarakat umum mempunyai keinginan kuat untuk mengejar teknologi dengan kencang. Suasana kehidupan sehari-hari di Jawa dan Bali cukup nyaman tanpa harus berubah, dan ini yang menyebabkan tidak ada urgensi buat masyarakat Jawa Bali untuk berubah cepat.

Memang ada sebagian kecil –taksiran saya kurang dari 1 dari 1000– yang benar-benar tertarik, mengikuti, dan melaksanakan riset dan pengembangan teknologi dengan serius. Jumlah ini bisa cukup bisa kurang, tapi intinya kegiatan minoritas ini hasilnya tidak bisa diprediksi.

Tidak adanya keinginan kuat ini memberikan keuntungan buat yang jeli. Misalnya, harga makanan jadi di Indonesia termasuk yang termurah di dunia. Saya bisa membeli makanan jadi dengan harga Rp 15 ribu dengan kualitas bagus. Cukur rambut dan pijat bisa didapat dengan membayar Rp 20 ribu. Saya membayar Rp 25 ribu buat tukang bawa koper (porter) di stasiun kereta api. Biaya servis masih murah sekali –empat sampai sepuluh kali lebih murah– dibandingkan dengan di Canada.

Butuh kerja yang sangat keras untuk bisa mengejar ketertingalan teknologi. Jika masyarakat Jawa dan Bali memutuskan untuk mengejar ini, maka sangat mungkin akan ada perubahan besar di tatanan sosial budaya. Biaya dan tuntutan ini secara cerdik sudah dihindari sekarang oleh sebagian besar masyarakat Jawa dan Bali.


Sunday, August 4, 2019

Disiplin


Saya dan istri pergi ke Gunung Kidul kemarin untuk melihat pagelaran wayang kulit. Pagelaran dimulai tepat jam 20:30 dengan gending-gending Jawa yang membuat saya merasa trenyuh. Setelah masuk 30 menit, sambutan-sambutan penyelenggara terkesan panjang mengular dan menjunjung tinggi pamong-pamong praja, sementara rakyat kecil seperti saya yang mbleber klasa di jalan hanya bisa menunggu kapan wayangnya dimulai.

Pagelaran wayang kulit melukiskan keagungan budaya Jawa. Monolog dalang yang melukiskan percakapan ratu-ratu, patih-patih, dan ksatria-ksatria Mahabarata dibalut dengan seksama. Puluhan penabuh gamelan, sinden cantik berkebaya berbilang 7 sampai 9, dan terop megah. Semua tampak elok dan detail-oriented.

Kami menikmati monolog di bab pertama, percakapan antara Patih Sengkuni, Prabu Duryudono, Adipati Karno, dan Begawan Bisma tentang ketidakmauan Prabu Duryudono untuk tapa brata mencari Wahyu Cakraningrat. Prabu Duryudono mengagungkan kemewahan dunia dan bersikap sombong karena semua kesenangan dunia sudah tercukupi. Kepuasan hidup akhirnya terbatas pemenuhan perut, mata, dan kelamin. Begawan Bisma marah dan menyalahkan Patih Sengkuni yang mempengaruhi Prabu Duryudono. Celakanya, Raden Lesmana, anak Prabu Duryudono, justru yang diutus mencari Wahyu Cakraningrat dan akan ditemani oleh pengawal yang tidak percaya akan perlunya mencari wahyu.

Sari cerita bab pertama buat saya ini menggambarkan pikiran untuk terus mencari dan belajar, mengasah jiwa raga untuk kedigdayaan dunia. Dalam kata lain, masyarakat Jawa semestinya tidak pernah puas dan terus belajar memperbaiki diri. Ini semua bagus.

Kami menikmati bab intermezzo Limbukan yang diisi tembang-tembang yang dinyanyikan sinden-sinden yang raut mukanya masih segar padahal jam sudah menunjukkan 12:30 pagi.

Pada saat kami harus ke belakang, kami diingatkan hal yang tidak dibahas di cerita wayang. Banyak sekali sampah makanan, plastik, kardus kertas dimana-mana, bahkan di balik layar. Orang seenaknya membuang sampah tanpa peduli. Saya berpikir ada nggak ya cerita wayang tentang disiplin. Disiplin untuk tidak membuang sampah. Disiplin untuk menjaga kamar mandi bersih. Disiplin yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari.

Disiplin penting karena ide besar apa pun tidak akan bisa terealisasi tanpa itu.

Kami meneruskan mengikuti cerita wayang dengan duduk di samping panggung. Capek juga 3 jam duduk bersimpuh di atas tikar yang kami beli Rp 5000. Saya celingak-celinguk mencari tempat sampah. Tidak kami temukan, dan terpaksa tas plastik saya letakkan diatas tumpukan kardus-kardus kertas di depan rumah yang ketempatan pagelaran wayang.

Istri saya sudah mengantuk berat jam 2 pagi. Kami putuskan balik ke Klaten melewati jalur utama Gunung Kidul ke Klaten yang sekarang sepi nyenyat. Nikmat rasanya. Keturutan melihat pagelaran wayang kulit Ki Seno Nugroho, gumam saya saat kami memasuki kota Klaten.

Kelonggaran


Kelonggaran mungkin padanan kata redundancy. Di engineering kita mengenal terminologi kelonggaran yang mengurangi efisiensi agar satu sistem engineering tidak mudah gagal atau rusak. Pemadaman listrik sebagian Jawa di hari Minggu, 4 Agustus melukiskan pentingnya kelonggaran.

Jika sebagian besar penduduk memakai kendaraan listrik sementara reliabilitas (ketangguhan) pasokan listrik Jawa tidak 99% maka kelumpuhan bisa lebih menyeluruh. Bukan hanya listrik yang padam, tapi transportasi bisa sangat terganggu bahkan lumpuh.

Optimasi sistem apapun yang memusat ke satu titik mempunyai kelonggaran rendah. Jika titik sumber lumpuh, maka semua akan lumpuh. Negara seperti Indonesia semestinya tidak mendisain sistem apapun yang memusat karena persebaran penduduk dan geografis.

Jangan mudah tergiur rayuan kemajuan teknologi jika tidak cocok dengan keadaan riil di lapangan. Pasokan listrik Jawa saya diberitahu 90% datang dari batubara, berarti ketangguhan pasokan listrik sebenarnya tidak tinggi karena banyak kemungkinan kerusakan sistem mekanik turbin karena partikel partikel debu yang dihasilkan. Belum lagi potensi keterlambatan pasokan batubara karena faktor cuaca dan jalur logistik dari tambang batubara.

Thursday, August 1, 2019

Klaten



Sudah 10 hari saya di Indonesia. Tahun ini saya memutuskan untuk lebih lama di Jawa Tengah, tepatnya Klaten. Tahun lalu saya dan istri tinggal hampir sebulan di Bali. Saya kali ini ingin mengobati rindu saya jalan jalan di pasar rakyat dan mencicipi masakan Jawa.

Selama 10 hari ini, rutinitas saya dimulai dengan lari setengah jam mengelilingi daerah yang saya kunjungi: Serpong, Tangerang, Klaten. Dengan berlari saya lebih bisa merekam suasana jalan dan sekeliling dengan lebih seksama. Rasa canggung mudah dihilangkan dengan berlari karena saya merasa lebih dekat dengan alam dan penduduk sekitar.

Setelah lari baru saya sarapan dan berhenti sebentar menikmati suasana pagi. Jika ada pekerjaan, baru saya mulai jam 10. Jika tidak ada, maka saya berkunjung ke saudara atau menuju ke tempat tempat favorit saya: warteg, tukang cukur tepi jalan, warung kopi, pasar rakyat.

Tahun ini saya menggunakan Grab. Wah ternyata enak juga. Saya memakai app Grab dan harga servis sopir sekitar 20% lebih murah dari taksi biasa. Ke Soekarno-Hatta saya bayar Rp 150 ribu termasuk biaya tol dari Alam Sutera, sementara balik ke Jalan Raya Serpong saya bayar Rp 200 ribu memakai taksi biasa. Kesimpulannya taksi biasa boleh dipakai juga, tapi taksi Grab cepat sekali merespons permintaan (sekitar 3 sampai 10 menit) sementara taksi biasa belum tentu tersedia dalam waktu sekitar 5 menit.

Saya menikmati menyetir di Jakarta karena berbeda sekali dengan di Canada. Di Indonesia saya harus periksa cermin terus untuk mengetahui posisi sepeda motor sekeliling. Akselerasi tidak bisa cepat agar tidak ditubruk atau menubruk sepeda motor. Ada aturan right-of-way seperti di Canada tapi tidak mutlak; fuzzy logic works here in Indo. Sepeda motor adalah raja di jalan, baru setelah itu pejalan kaki dan pengendara mobil. Navigasi di jalan dibantu oleh Mbah Google dan harga data internet di Indonesia jauh lebih murah dari di Canada.

Kita ke Klaten Senin lalu memakai Argo Lawu dari stasiun Gambir. Jalan Sudirman tidak terlalu macet di pukul 5 karena ada aturan nomor plat ganjil-genap.

Cuaca di Klaten bulan Agustus sangat enak. Siang hari suhu mencapai 27 derajat tapi kelembaban tidak tinggi sehingga tidak berkeringat. Pagi hari jam 6 suhu turun ke 18 derajat. Cuaca di Klaten lebih nyaman dari di Denpasar karena kelembaban yang rendah.

Friday, July 19, 2019

Percakapan Dengan Anak


Percakapan dengan anak keduaku mengingatkan saatku masih SMA. Sebagai anak tertua, aku dimintai pendapat tentang masalah keluarga oleh bapakku. Sekarang ganti aku yang meminta pendapat ke anakku.

Tantangan pertama memulai diskusi dari hati ke hati antara bapak dan anak adalah mencari waktu tepat. Senin lalu, 15 Juli, kami berangkat jam 5:30 pagi ke Medicine Hat untuk ujian SIM anakku. Waktu perjalanan 3 jam kami pakai untuk berkisah pengalamanku menyetir saat SMP dan SMA di Surabaya. Saya mengulangi beberapa pikiran penting yang perlu dia camkan saat melakukan ujian. Pentingnya menjaga kecepatan, posisi lajur (lane positioning), dan memperhatian rambu-rambu di depan. Saya tidak mau membayar sekolah menyetir karena saya berpendapat menyetir adalah ketrampilan yang harus diwariskan dari ayah ke anak laki-laki. Memang tidak mudah dan beberapa kali anak saya hampir berteriak pegal karena kekeras kepalaan kami berdua. Tapi saya yakin dia akan mengingat pengalaman ini seumur hidup.

Percakapan seputar SIM mobil ini jadi modal untuk membicarakan hal lain yang lebih serius. Seperti pacar dan rencana hidup. Anak saya bilang dia berpacaran jika sudah bekerja. Juga dia hanya memilih pacar yang mempunyai pekerjaan. Lho kenapa, tanyaku. Karena memelihara pacar itu ongkosnya mahal. Saya berterus terang tentang bagaimana berhubungan dengan pacar dengan atau tanpa seks. Seks bukanlah sesuatu yang harus dilakukan karena kerap menyimpan beban emosi. Sekolah sampai S1 belum lulus tapi sudah dibebani kewajiban untuk bertanggung jawab akan kesejahteraan pacar karena sudah berhubungan jauh. Kami tidak kesukaran berbicara bebas karena saya sudah memulai untuk tidak risih membicarakan isu-isu sensitif.

Kami bertukar pandangan tentang rencana hidup. Sebagai orang tua, kita mungkin kerap lupa berbagi pengalaman. Kita biarkan anak kita mencontoh hidup orang lain, padahal secara genetik hidup orang tua bisa jadi cermin anak untuk melangkah lebih baik.

Hal tersukar dalam pembicaraan kami adalah yang menyangkut nilai-nilai hidup. Apa yang aku anggap terpenting dalam hidupku. Apa tujuan hidupku. Kenapa aku seperti sekarang dan kemana aku pergi.

Bapakmu itu pemimpi. Dari kecil aku sudah ingin menjadi profesor. Setelah menjadi profesor, ada lagi yang dia inginkan. Tidak cukup hanya mewujudkan cita-cita dan kemudian jatuh ke rutinitas. Aku bukan orang seperti itu dan tidak ingin menjadi orang biasa. Kata-kata yang aku ucapkan aku ukur karena dia mempunyai pendapat sendiri. Karakter kita sama: berjiwa merdeka, berani mengambil risiko, tidak suka diatur-atur. You're a radical, Dad. Benar juga, pikirku. Aku tidak pernah berpikir seperti dia. Kali ini kita diam. Dia yang menyetir mobil sekarang. Aku terus diam dan bangga telah mengasuh anak seperti dia.

Saturday, July 13, 2019

Disain Mesin II


Proses disain cylinder head berjalan alot karena kami sudah tidak bisa lagi bersandar kepada buku-buku referensi yang kami punyai. Beberapa perubahan dari referensi Kawasaki W800 sudah kami lakukan, mulai dari sudut katup intake dan exhaust yang berbeda karena satu camshaft yang kita pakai sampai disain seat untuk valve spring yang sangat berbeda karena saya putuskan tidak memakai valve stem guide.

Saya terlibat diskusi panjang dengan 3 mahasiswa saya tentang risiko ledakan di engine top end jika tidak ada valve stem guide karena tidak ada lagi pemisah, selain poppet valve, antara valve hole dan combustion chamber. Fuel air mixture yang didorong oleh pressure gradient akan mengisi ruang valve hole. Saya taksir pressure gradient ini akan terkurangi karena akan ada tekanan rata-rata dari gerak naik turun valve tappet.

Risiko ledakan di engine top end (cylinder head) diatas poppet valve juga akan ada jika pun valve stem guide dipasang. Jadi saya putuskan untuk tidak memakai valve stem guide karena yang hanya bisa mengisolasi combustion chamber hanyalah poppet valve. Kemudian yang tidak kalah penting adalah timing opening dan closing intake dan exhaust valves yang harus akurat walaupun akan tetap ada overlap.

Keuntungan tidak adanya valve stem guide adalah ada reservoir fuel air mixture langsung diatas combustion chamber. Ini mestinya menambah efisiensi mesin walaupun mungkin akan terlihat di rpm tinggi.

Kerja disain yang sudah kami lakukan dua setengah bulan terakhir menunjukkan bahwa apa yang saya ajarkan di kelas sangat berbeda dengan apa yang diperlukan saat mendisain mesin. Apa yang diajarkan di kelas terkesan terpecah-pecah tanpa dihubungkan, sementara proses disain sangat tergantung ke kemampuan melihat satu masalah dengan lengkap. Misalnya, untuk menentukan berapa panjang studs yang akan kami pakai untuk mengikat cylinder head cap, cylinder head, cylinder barrel dan crank case, kami harus menimbang aspek mounting, serviceability, dan reusability. Konsep stress, load, dan yang lain yang saya ajarkan di kelas justru belum terpakai.

Jadi jelas aspek penyelesaian (completeness) disain adalah yang terpenting. Analisis kekuatan bahan, efisiensi dan performance mesin yang kami rancang menjadi sekunder. Bisa dibilang kinematik jauh lebih penting dari dinamik. Yang penting jadi dulu, baru setelah itu dioptimasikan.

Wednesday, July 3, 2019

Lari


Lari adalah olahraga terbagus karena lari mengukur kebugaran saya. Jika saya tidak kuat lari 30 menit, maka ada yang tidak beres di tubuh saya. Lari juga termurah: sepatu ringan apa saja, celana pendek, kaos pendek sudah cukup. Lari bisa jarak jauh maupun dekat, dari 5 km sampai puluhan km jika mau.

Saat saya lari saya melakukan tapa. Hanya nafas yang saya dengar dan suara tapak kaki menyusuri jalan. Hening dan terpusat menapakkan satu kaki di depan satunya. Pikiran menjadi jernih saat dan setelah lari. Lari menguatkan niat: beranikah saya menaklukkan kemalasan otak dan kelembaman tubuh?

Lari adalah ibu segala kegiatan fisik kita, dari berenang sampai naik motor jarak jauh. Lari menguatkan jantung dan membentuk otot kaki. Lari mengecilkan perut -semoga- dan mengurangi nafsu makan berlebihan.

Lari tidak perlu cepat seperti orang yang melalui saya. Saya lari sesuai kekuatan saya. Asal jauh. Asal teratur. Asal kuat. Agar sehat dan bugar.

Saturday, June 22, 2019

Long Haul Motorcycling Tips in North America



These tips are a summary of what we have covered about 3000 km between Calgary and Vernon, TX in 5 days riding. To achieve daily riding condition without feeling fatigue, I have several tips based on my riding perspective, which is a two-up riding (rider and passenger) and combined goals of reasonable comfort and distance. These tips may be most appropriate for a multi-day trip in North America in the summer. Conditions outside North America may modify these tips due to accommodation, food availability, and gas station location.

First, motorcycling is a lot of work. We start from 8 am in the morning and finish at 5 pm in the evening. It's possible to achieve an average speed of 100 km per hour (62 miles per hour) on highway so that a 600 km distance in a day is within a reach. That leaves 3 hours for the stops along the way: pitstops to washroom (i.e., rest room in the US), lunch stop, refueling stops. These stops are best designed to coincide with the refueling distance, which is determined by the volume of the gasoline tank of my motorcycle. Another important variable to determine the average stop time is the average distance I can cover in one stage.

I feel most comfortable when riding 2 to 3 hours maximum in one stage. This puts the average distance interval per stage to 200 to 300 km. My motorcycle can reach a maximum of 300 to 350 km without refueling, so my distance covered per stage is more limited by my physical limits. So, the pitstops and lunch stop should be timed accordingly. Spicy food is a no-no during riding for me, as a result. The 300 km riding is usually achieved when I feel good and either scarcity of gas stations along a route and/or good weather accompany me.

It's important to know your physical limits. For example, my ideal ambient temperature is between 15 and 25 degree C. Either colder or hotter temperature will reduce my travel distance per stage. I have experienced combined rainy, freezing temperature, really hard crosswind conditions. Crosswinds may not reduce distance travelled if they occur in burst, but a non-stop two-hour crosswind will wear me down. Rain is more serious; it will reduce the speed by 20-30%, which for highway riding is therefore not safe due to presence of other vehicles.

I always take easy with stops along the way. It's okay to have a 1-hour lunch stop. I get to relax and enjoy my lunch. A two-up configuration means I have to allow for the passenger to enjoy the time too. 

Disain Mesin I


Seri blog Disain Mesin ini mencatat kegiatan saya dan mahasiswa2 saya merancang bangun mesin yang akan kami buat sendiri. Bahasa yang saya pakai tercampur idiom engineering Inggris karena sudah sukar buat saya mencari padanan kata Indonesianya.

Proses awal disain mesin yang saya dan 3 mahasiswa saya adalah mendisain engine top end berupa valve assembly mechanism. Proses ini dimulai 6 Mei 2019.

Kami memakai Kawasaki W800 sebagai contoh dengan tujuan menyederhanakan disain top endnya. Camshaft W800 terletak diatas cylinder, diputar oleh bevel gear shaft yang menghubungkannya dengan crankshaft yang terletak di bottom end. W800 memakai rocker arm sehingga dibutuhkan 2 shafts tambahan. Total tiga shaft ini bisa kami sederhanakan menjadi satu camshaft saja dengan memakai overhead cam.

Disain kami jadinya orisinal dengan letak intake dan exhaust valves yang sangat berbeda dengan kebanyakan mesin sepeda motor.

Saya putuskan untuk tetap memakai bevel gear shaft karena cam lobes sudah terletak diatas cylinder dan merekat di camshaft. Belum saya putuskan apakah cam lobes ini bisa terpisah dari camshaft. Mestinya bisa tapi saya perlu mencek loading di cam lobe dan tentunya stress yang dihasilkan.

Gambar CAD camshaft sudah selesai dengan empat cam lobes dan semua dimensinya. Minggu depan kami akan mulai menggambar cylinder head yang saya perkirakan akan cukup rumit karena harus mengakomodasi intake dan exhaust ports. Selain itu valve assembly, dari valve spring sampai valve lift specification, harus juga diintegrasikan.

Proses optimasi piston assembly sudah hampir selesai. Saya sudah dapatkan rumus piston power yang menditail bagaimana power ini berhubungan dengan crank angular velocity dan dynamical parameters lain seperti moments of inertia connecting road dan crank, dan juga mass mereka. Maximum power pada crank angle tertentu harus disinkronkan dengan maximum combustion power yang dihasilkan dari pembakaran bensin.

Ditail valve timing untuk sementara saya ignore karena optimasi valve timing bisa dilakukan terakhir atau bahkan setelah mesin kamu buat dan test. Berapa derajat dan selisih waktu intake dan exhaust valves tapi sudah saya hitung, jadi untuk sementara kami akan memakai hitungan lebih sederhana ini.