Thursday, August 29, 2019

Jepang


Jepang adalah bangsa yang patut dicontoh. Dalam waktu 6 jam saat menunggu pesawat yang membawa saya ke Vancouver, saya diingatkan betapa Jepang menghargai keunikan dan keyakinan sendiri. Sikap ini tercermin dalam disain toilet yang lengkap dengan penyemprot air karena begitulah budaya buang air besar di Jepang; tercermin dalam disain mobil dan truk kecil yang melengkapi airport Narita dan Haneda.

Sebulan lalu saya masih di Indonesia, dan membandingkan kedua bangsa ini saya harus akui bangsa Nusantara telah pergi jauh dari asal usulnya. Kepergian saya jauh dari tanah lahir saya seakan menggambarkan kerinduan saya akan tanah air yang asli dan berani mandiri. Rasa asli dan mandiri ini kuat saya rasakan jika di Bali.

Jika kita tidak bisa memeluk asal usul kita dengan erat, maka kita akan kehilangan arah. Itu sari cerita pengalaman sebulan saya di Indonesia. Dua tahun terakhir saya keliling Jawa dan Bali untuk mencari tempat tercocok buat saya pensiun. Ternyata tempat tercocok ada di kota kelahiran saya, Surabaya. Kenyamanan Surabaya sebagian besar karena rekaman ingatan saya tentang Surabaya dan begitu banyak teman-teman saya dan istri yang berasal dari Surabaya. Jadi janganlah sebagai bangsa kita melupakan asal usul kita.

Surabaya akhirnya saya pilih walaupun panas, karena kota ini lebih bersih dari yang saya sudah singgahi di Jawa dan Bali. Surabaya akhirnya saya pilih walaupun berbahasa kurang halus, karena warganya lebih bisa menerima perubahan yang lebih baik dan bersikap terbuka. Surabaya adalah tempat bercampurnya budaya Jawa, Madura, dan Cina. Makanan di Surabaya banyak yang enak dan cocok buat lidah saya: pedas dan asin.

Tempat kedua adalah Denpasar, Bali. Kota yang melukiskan keberanian Nusantara untuk tetap setia ke asal usulnya. Kota yang melukiskan keunikan budaya Nusantara di tengah percaturan dunia. Kota yang terbuka walaupun kesetiaan budayanya. Kota tempat berbagai budaya berbaur.

Itulah yang saya hargai. Keterbukaan tanpa melupakan asal usul. Keberanian untuk tetap berbeda dan tidak mudah ikut arus. Terima kasih Surabayaku dan Baliku. Arigato gozaimasu.

No comments:

Post a Comment