Monday, December 30, 2019

Tayub Tuban


Kemarin saat saya menyelesaikan nilai akhir mahasiswa di mata kuliah Capstone Project, mata kuliah skripsi tahun empat, dengan membaca laporan akhir mereka, saya dikejutkan oleh alunan musik tayub Tuban yang saya dengar di Youtube. Saya bilang dikejutkan karena saya dari Surabaya dan Tuban hanya sekitar 100 km ke arah barat, tapi seumur hidup saya belum pernah mendengar seperti apa musik tayub itu persisnya.

Yang saya pernah dengar adalah musik tayub dihubungkan dengan sinden-sinden (para waranggono) yang menjajakan dirinya dan para lelaki hidung belang mabuk. Yang saya dengar musik tayub dihubungkan dengan kemesuman remang-remang malam dan pergaulan bebas. Itu pun saya sudah lupa darimana saya mendengarnya. Tapi kesan tayub ini tidak pergi juga.

Betapa salahnya saya! Tayub Tuban adalah musik otentik Jawa yang super chill! Tayub melukiskan perasaan kangen saya ke budaya Jawa. Para lelaki yang mendengarkan musik ini di panggung berjoget lemah lembut dengan berselendang. Sendirian, tanpa ditemani berduaan oleh para sinden. Karawitan tayub Tuban yang saya lihat di Tuban berlangsung siang hari. Salah saya berlipat jadinya. Anda bisa cek sendiri musik tayub Tuban di Tayub Tuban: Super Chill!

Musik tayub buat saya menggambarkan suasana hati orang Jawa: tenang, pasti, menghanyutkan. Saya akan berjoget dengan gerakan pelan sekali dan berselendang mengikuti irama mendayu-dayu tayub. Saya tidak menyangka musik seperti ini bisa datang dari tempat selain Surakarta atau Yogyakarta.

Selama 2 tahun terakhir ini saya menikmati pertunjukan wayang kulit lewat Youtube. Musik karawitan gamelan saat acara Limbukan atau Goro-Goro di pertunjukan wayang kerap terlalu nge-pop buat saya. Gending Liwung, Podang Kuning, Gubug Asmoro, dinyanyikan dengan cepat dan energetik. Sementara saat dinyanyikan sinden tayub lagu-lagu ini berubah melankolis dan lembut sekali. Edan! Saya langsung kesengsem.