Tahun 2018 saya menghabiskan waktu 3 minggu di Bali dan tahun ini –2019– saya menghabiskan waktu 3 minggu di Jawa. Kira-kira 50% waktu saya tinggal di desa, jadi perspektif saya tidak melulu perkotaan. Saya ingin merekam pendapat umum saya tentang masalah pendidikan tinggi dan teknologi.
Intinya, masyarakat Indonesia sekarang –saat ini– secara umum belum siap untuk mengejar ketertinggalan teknologi agar bisa berkompetisi secara global. Dari sudut pengetahuan, secara umum ada jurang pengetahuan lumayan lebar untuk bisa dikejar dalam waktu 2-3 tahun. Dari sudut aplikasi, secara umum sangat jarang ada interaksi industri dan akademis. Ketertinggalan pengetahuan hanya bisa dikejar dengan perombakan sistem pendidikan menyeluruh. Ketertinggalan aplikasi hanya bisa dikejar dengan meningkatnya kualitas pengajar universitas. Keduanya butuh waktu dan uang, yang saya taksir sekitar 10-20 tahun jika bersungguh sungguh.
Saya tidak melihat masyarakat umum mempunyai keinginan kuat untuk mengejar teknologi dengan kencang. Suasana kehidupan sehari-hari di Jawa dan Bali cukup nyaman tanpa harus berubah, dan ini yang menyebabkan tidak ada urgensi buat masyarakat Jawa Bali untuk berubah cepat.
Memang ada sebagian kecil –taksiran saya kurang dari 1 dari 1000– yang benar-benar tertarik, mengikuti, dan melaksanakan riset dan pengembangan teknologi dengan serius. Jumlah ini bisa cukup bisa kurang, tapi intinya kegiatan minoritas ini hasilnya tidak bisa diprediksi.
Tidak adanya keinginan kuat ini memberikan keuntungan buat yang jeli. Misalnya, harga makanan jadi di Indonesia termasuk yang termurah di dunia. Saya bisa membeli makanan jadi dengan harga Rp 15 ribu dengan kualitas bagus. Cukur rambut dan pijat bisa didapat dengan membayar Rp 20 ribu. Saya membayar Rp 25 ribu buat tukang bawa koper (porter) di stasiun kereta api. Biaya servis masih murah sekali –empat sampai sepuluh kali lebih murah– dibandingkan dengan di Canada.
Butuh kerja yang sangat keras untuk bisa mengejar ketertingalan teknologi. Jika masyarakat Jawa dan Bali memutuskan untuk mengejar ini, maka sangat mungkin akan ada perubahan besar di tatanan sosial budaya. Biaya dan tuntutan ini secara cerdik sudah dihindari sekarang oleh sebagian besar masyarakat Jawa dan Bali.
No comments:
Post a Comment