Thursday, November 22, 2018

Nirmath


Saya tidak suka mengomentari pekerjaan orang lain, apalagi terlibat polemik berkaitan dengan kampanye politik pemilu presiden tanah air tahun 2019. Tapi saya gregetan melihat buzzword Revolusi Industri 4.0 dituturkan berulang kali tanpa pendalaman berarti. Celotehan ini terjadi di kedua belah pihak, walaupun terus terang terlihat pihak mana yang mempunyai orang-orang yang melek pendidikan tinggi.

Keterbelakangan teknologi di tanah air secara fundamental karena lemahnya kemampuan matematika rata-rata. Tenaga kerja lulusan universitas kerap tidak mempunyai kerangka analisa matematis kuat (dan otomatis fisika kuat) yang dibutuhkan untuk mendesain produk baru bermuatan teknologi. Solusi penguatan sekolah vokasi hanya solusi sementara untuk menurunkan angka pengangguran. Lulusan sekolah vokasi setingkat SMK maupun program D3 universitas tidak bisa diharapkan menelorkan produk sarat teknologi karena banyak teknologi yang tersedia di pasar bertumpu pada prinsip-prinsip fisika dan matematika yang tinggi tingkatannya.

Pemerintah akan sekali lagi tidak menggunakan kesempatan keterbelakangan teknologi sebagai motivasi meningkatkan kemampuan sendiri. Pada akhirnya ini akan memperparah ketertinggalan teknologi. Dan perbaikan mutu sekolah vokasi hanya akan terbatas ke menurunkan angka pengangguran belaka.

No comments:

Post a Comment