Empat bulan terakhir saya punya hobi baru: menonton wayang kulit lewat youtube baik live streaming maupun rekaman. Motivasi saya awalnya untuk belajar bahasa Jawa kromo dan memperkaya perbendaharaan kata Jawa.
Mengikuti percakapan karakter2 wayang kulit butuh konsentrasi tinggi. Pada awalnya cukup sulit buat saya, tapi setelah 2-3 bulan saya mulai terbiasa dengan gaya bahasa dan perbendaraan kata yang dipakai. Karena percakapan wayang kulit ini dilakukan oleh satu dalang, maka saya akhirnya cocok dengan salah satu gaya percakapan dalang tertentu. Yang juga menarik adalah saya akhirnya memilih dalang yang mempunyai selera humor yang sama dengan saya.
Fragmen limbukan adalah fragmen dagelan (humor, pelawak) yang biasanya menjadi waktu intermezzo diantara alur cerita lakon wayang. Sang dalang memasang 1-2 karakter wayang khusus diluar cerita wayang, yang merepresentasi alter ego sang dalang. Di limbukan ini sang dalang mengulas inti acara pagelaran dan lalu mengundang pelawak yang ikut pentas dan juga sinden2 untuk menyanyikan gending2 Jawa.
Secara keseluruhan wayang kulit bisa dibilang acara sit up comedy yang disisipkan di cerita lakon wayang. Percakapan monolog sang dalang menjadi menu utama sit up comedy ini, yang menjelma di percakapan punakawan maupun di sela adu jotos para Kurawa dan Pandawa.
Di sinilah menariknya wayang kulit: dia bisa menjadi bahan belajar psikologi lewat berbagai karakter wayang, sarana hiburan dagelan sit up comedy, saat mendengarkan gending2 Jawa yang dinyanyikan sinden2 ayu. Acara sepanjang 4-6 jam tidak terasa lama karena acara wayang kulit adalah complete entertainment package much more exquisite than opera or symphony orchestra. Bukti keagungan budaya Jawa.