Friday, August 17, 2012

Buku Christopher Hitchens


Saya putuskan beli bukunya - god is not Great - saat di toko buku dekat rumah kemarin malam. Buku Schopenhauer yang saya beli minggu lalu belum selesai, tapi saya lagi lapar. Mungkin karena gaya menulis abad 19 yang membuatnya sukar dibaca; rasanya seperti berenang di lumpur. Buku Christopher Hitchens jauh lebih enak dibaca: segar, tajam, menggigit. Saya suka gaya tulisannya.

Mungkin karena bulan puasa kali. Sering saya berpikir tentang agama 3 minggu terakhir ini. Gak tahu lah. Yang pasti, yang ditulis Christopher Hitchens mengingatkan saya akan perjuangan saya mengerti tentang agama sejak kecil.

Kenapa tuhan perlu disembah jika dia maha kuasa? Bukannya jika seperti itu, dia seperti diktator? (Jangan berargumen bahwa kita sembahyang untuk mengingatkan kita akan kekuasaannya; karena jika ini alasannya, maka jelas manusia lah yang menulis aturan seperti ini.) Kenapa dongeng Adam Hawa tidak bisa dibuktikan dan tidak cocok dengan bukti evolusi? Jika tiap agama mengklaim dia yang benar, bukankah sangat mungkin jadinya tidak ada yang benar?

Saya juga sangat jengkel dengan pemimpin2 (gadungan) agama yang bilang semua sudah ada di kitab suci. Ketika penemuan ilmiah diumumkan, mereka akan bilang "Aha, itu sudah ada di surat sekian ayat sekian. Rupanya ini toh yang tuhan maksud dengan bersabda seperti ini. O sayang ya, ilmuwan Barat yang menemukannya. Makanya kita harus menguasai iptek, blah blah blah." Udah gak ngapa2in, ngeklaim seenak udelnya sendiri. Yo opo iki rek!

Saya juga tidak setuju dengan gaya arogan Richard Dawkins dan buku2nya. Tidak perlu sama sekali, walaupun bukti empiris sudah banyak. Orang bebas untuk berpikir. Tapi memang, jika kita tidak pernah merasa ragu, kita tidak pernah berpikir.

1 comment:

  1. God is a concept by which we measure our pain. Kata suargi John Lennon.

    Tidak berkurang sama sekali kekuasaan Tuhan, jika semua mahluknya ingkar. Tidak bertambah sama sekali kekuasaan Tuhan, jika semua mahluknya beriman. Kata agama kita.

    Saya setuju dengan Lennon, kenyataannya saya membutuhkan tempat berkeluh kesah dalam kesakitan dan kelemahan. Saya meminta Tuhan meringankan beban yang saya pikul.

    Saya tidak berani mempertanyakan eksistensi Tuhan, berikut derivatif nabi dan kitab sucinya. Kalau saya mempertanyakannya, kepada siapa lagi saya bersandar dalam kesakitan dan kelemahan.

    ReplyDelete