Wednesday, July 6, 2011

Sederhana


Saya cuma iri orang yang lebih merdeka dari saya. Karena mereka sebenarnya lebih tahu arti hidup. Saat saya ditanya teman baik baru saya apa itu sukses. Dan saya jawab seperti itu: jika saya merdeka maka saya sukses.

Makanya saya bingung dengan pemimpin politik yang haus terus kekuasaan. Jadi pemimpin seperti itu tidak merdeka: kemana mana diikuti, dikawal, dan diteropong. Apa gunanya hidup seperti itu? Disanjung orang tapi sebenarnya semua ada maunya. Hanya maunya si pemimpin yang tidak kesampaian. Maka, jadi pemimpin haruslah berani, biar urusan cepat selesai. Biar cepat merdeka. Tapi banyak yang tidak seperti ini. Mungkin pikiran sederhana saya tidak mampu mencerna pikiran canggih pemimpin-pemimpin politik kita.

Merdeka buat saya jalurnya dua. Yang pertama adalah kemerdekaan finansial. Ini yang hampir semua orang upayakan dengan bekerja keras. Semakin kaya semakin merdeka. Ini benar. Tapi ini bukan jalur satu satunya. Karena pada akhirnya, kesenangan yang kaya tidak ada bedanya dengan kesenangan yang miskin. Tidak percaya? Coba anda pikirkan lagi.

Jalur kedua yang lebih mantap - dan sederhana akhirnya - adalah melatih jiwa untuk tidak tergantung ke apa pun. Ini yang diajarkan oleh Buddhism: no attachment. Ini juga diajarkan Islam, menurut teman baru saya, walau saya lupa istilah Islamnya. Dasar pemikiran tingkat kemerdekaan ini adalah tidak ada yang kekal di hidup ini. Semua berubah: umur, rupa, otak, harta, teman, istri, anak, semuanya.

Apa kemudian kita tidak mencintai anak istri kita? Ya tentu tidak, karena anak hasil buah cinta saya dan istri saya. Anak itu saya yang membuat, jadi saya yang bertanggung jawab mendidiknya. Istri saya juga dulu saya yang melamar, jadi saya yang bertanggung jawab mencintainya. Tapi apa yang saya harapkan dari mereka tidak melebihi apa yang bisa mereka berikan. Jadi tidak ada sedih jika saya ditinggal mereka. Atau saya meninggalkan mereka.

Merdeka memakai jalur kedua pasti langgeng karena tidak tergantung saya kaya atau miskin. Merdeka itu akhirnya disederhanakan menjadi denyut jantung dan desah nafas tiap detik.

1 comment:

  1. Kemerdekaan finansial bisa "disederhanakan" dengan menyederhanakan keinginan, jadi kebutuhan finansial tidak membuat kita terlalu ngoyo sehingga bisa membuat kita terjebak dalam nafsu korup.

    Jalan yg benar adalah melatih jiwa kita tidak tergantung dengan apapun dan siapapun, melainkan hanya kepada Tuhan YME dan YMP. Dalam Islam disebut paham sufisme. Dalam jiwa kita terdapat keinginan yg sangat sederhana yaitu hanya "kepatuhan" terhadap Tuhan.

    Semua memang bisa berubah dg berjalannya waktu. Seorang sahabat kita saat SMA bisa menjadi sahabat hidup kita (istri). Atau bisa menjadi orang asing yg seolah-olah tidak mengenal kita. Yang dulu bukan apa2 kita bahkan tidak mengenal sama sekali bisa menjadi sahabat kita yg baik.
    Seorang sahabat hidup kita (istri) bisa menjadi musuh kita saat terjadi permasalahan dan terjadi perceraian.
    Harta? bisa hilang setiap saat dan bisa didapat setiap saat, bahkan saat dilahirkan pun kita sudah menjadi orang kaya raya atau menjadi seorang yg miskin dan fakir.
    Umur? kita semakin tua dan maut bisa menjemput kita setiap saat. Dll....

    Tuhan yang menciptakan kita, istri, dan anak2 kita. Kita hanyalah sang penggembala yg diberi tanggung jawab oleh Tuhan sang Pencipta untuk menggembala mereaka kepada jalanNYA. Sesuai Al Kitab (Al Quran) dan Tuntunan Rosul (Hadist).

    Merdeka yang sebenarnya tidak tergantung saya kaya atau miskin. Merdeka itu akhirnya adalah menyederhanan keinginan di dunia dan memaksimalkan keinginan berjalan yg lurus.

    ReplyDelete