Friday, April 27, 2012

Pelacur Naas


Negri ini naas karena
Uang slalu jadi panglima

Aku goblog karna tak nyana
Gimana ekonomi tumbuh 6%

Paling cuma bayi bertambah
Orang ngentot dimana mana

Itupun juga benarnya tak cukup
Karna yang kaya semakin makmur

Lalu yang miskin makin tergerus
Kulit kudisan perut keroncongan

Lalu uang lari kemana
Paling ke maling pelacur semua

Wednesday, April 25, 2012

Sepeda Motor



Jalan desa Jeruk Legi - Kali Pucang
Dilewati lebih cepat satu jam karena
Lubang dan gelombang aspal
Bukan makanan mobil dan truk

Kelak kelok Cikalong - Tasikmalaya
Bukan hambatan sedikit pun
Gadis dan dua adiknya di belakang
Menari bermanuver hindari jurang

Dua turis bule bawa surfing board
Enaknya lewati jalan hancur akibat
Penambangan pasir besi Cimerak
Sesekali melambai tangan ke laut lepas

Mereka lincah cari sela sekat hidup
Diantara truk tronton dan bus AKAP
Mas dan gadis berjilbab duduk gagah
Berpeluk mesra nikmati malam buta

Sunday, April 22, 2012

Ruang Publik


Penataan ruang publik di banyak kota Indonesia amburadul. Mulai dari trotoar yang porak poranda sampai arsitektur bangunan yang tumpang tindih tanpa peduli keserasian dan keelokan. Beginilah wajah kusam jelek sebagian besar kota di Indonesia.

Ada beberapa perkecualian. Desa-desa di Ubud, Bali terlihat nyeni dan tertata apik sehingga enak dipandang dan menumbuhkan daya pikir otak. Alam indah tak tersentuh di selatan Ciwidey, Jawa Barat, diselingi kebun teh luas dan kabut sore hari. Sekelumit ruas jalan Aji Barang - Purwokerto yang lebat rindang pohon hijau menutupi bukit-bukit sekitar gunung Slamet.

Tapi kecantikan alam Indonesia akan bertambah jarang dan bisa sirna jika pengrusakan alam berlanjut terus dan penataan ruang publik tidak diurus dan ditertibkan sama sekali. Tidak akan ada kecantikan lagi yang tersisa.

Sebagai gantinya adalah tempat-tempat yang dikelola swasta. Restoran, coffee shop, mall, perumahan elit yang ditata cantik dan segar. Mereka justru yang mengadopsi arsitektur Jawa, Sunda, dan Bali. Kecantikan ruang publik menjadi mahal. Semakin berjurang yang kaya dengan yang miskin. Butuh duit banyak untuk sekedar menikmati ruang publik indah.

Rasa estetik masyarakat seperti sirna. Tidak ada lagi perpustakaan elok, taman bersih rindang, sungai jernih deras yang bisa dikunjungi gratis untuk sekedar melepas penat. Kita berbondong ke mall karena di sana udara sejuk dan mata tidak dijarah keburukan tata ruang kota.

Hilangnya ruang publik elok adalah sangat mengenaskan mengingat arsitektur bangunan Jawa, Sunda, Bali ramah alam dan cantik. Kenapa arsitektur asli ini tidak menjadi acuan dalam menentukan proporsi dan estetik ruang publik?

Tuesday, April 17, 2012

Pulau Madura

Pantai Lombang, di ujung timur pulau Madura.

Jembatan Suramadu yang kami seberangi dari Surabaya ke Bangkalan, Madura, seolah berbisik lembut bahwa Indonesia adalah negara maju. Desainnya elok nan sederhana dan selat yang memisahkan Jawa dan Madura terlihat bersih dan luas.

Terakhir kali saya ke Madura saat masih SD - puluhan tahun lalu - dan itu pun hanya sampai Bangkalan. Kali ini kita sekeluarga ke Sumenep di ujung timur Madura.

Ada dua hal yang mengagetkan saya. Pertama, tidak banyak penjual di sepanjang jalan Bangkalan-Sumenep. Warung soto dan sate Madura ada diperbagai kota Indonesia, tapi tidak saya temui di jalan di Madura sendiri. Yang ada bahkan warung makan Surabaya dan Padang, itu pun juga kurang dari sepuluh. Benar-benar bertolak belakang dengan kepadatan penjual makanan di Jawa.

Makanan asli Madura - yang dimakan orang Madura - berbeda dengan yang sebagian besar orang non-Madura tahu. Makanan favorit orang Madura yang tinggal di Madura adalah soto kikil bumbu kacang dan rujak cingur bumbu kacang juga.

Saya hanya bisa berspekulasi kenapa tidak banyak warung makan di Madura. Tapi berdasarkan hukum supply dan demand, jelas orang Madura tidak suka makan di luar rumah. Melihat banyaknya orang Madura yang berdagang di seluruh Indonesia, tidak berlebihan mengira masyarakat Madura mempunyai kebiasaan menabung dan tidak boros. Terbersit dari tatapan mata mereka - saat saya lari pagi - rasa bangga akan budaya Madura. Masih banyak orang laki-laki bersarung lalu lalang berjalan kaki dan naik motor.

Kedua, tidak saya temukan restoran siap saji KFC, McDonald's, A&W, dan semacamnya. Teman saya bilang restoran seperti ini tidak diijinkan di Madura. Saya sempat berpikir masyarakat Madura terbelakang, tapi kemudian saya justru salut dengan mereka. Karena mereka kukuh dan konsisten memegang tradisi Islam dan budaya Madura.

Tidak saya lihat juga mal bertingkat di Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Alam lingkungan di Madura juga tampak masih belum terlalu terkotori dampak industri dan pembangunan yang menggebu.

Pulau Madura jadi jendela alternatif Indonesia yang lebih mandiri. Tidak tergantung ke negara lain. Memang terbelakang, tapi bangga dan tidak malu akan kemandiriannya. Saya berdecak kagum.

Wednesday, April 11, 2012

Tecumseh


When I watched the movie Act of Valour, I was struck by the beauty of Tecumseh's poem. A powerful poem! 

I thought about it yesterday and found things that resonate with my code of ethics. Below is my rendition so that I can memorize it easily, to guide me everyday. Something I hope is worth sharing.

Be grateful every morning

Eject fear of death from your heart

Practice beauty and simplicity

Sing your death song

Die like a hero going home

Kesimpulan Perbandingan Harga Indonesia-Canada


Ada 2 tabel perbandingan harga Canada dan Indonesia untuk seminar di Politeknik UI (Universitas Indonesia) Senin depan (16 April 2012) yang ingin saya bagikan dengan anda.

Kolom CDN:INA Purchasing Power Ratio adalah rasio jumlah barang sama yang bisa dibeli dengan gaji awal insinyur di Canada dan gaji awal insinyur di Indonesia. Rasio "4.2:1" berarti gaji Canada bisa membeli barang tersebut 4.2 kali lipat lebih banyak dibandingkan gaji Indonesia di negara masing-masing. 

Asumsi analisa adalah harga-harga barang dan servis di Canada lebih mendekati equilibrium karena variasi harga di seantero Canada lebih kecil dari yang di Indonesia. Harga yang mendekati equilibrium mencerminkan permintaan dan penawaran yang seimbang. 

Bukti harga-harga di Canada mendekati equilibrium adalah (i) tidak banyak penurunan harga di Canada jika nilai tukar dollar Canada menguat terhadap dollar AS yang membuat orang Canada berbelanja di AS dan (ii) jaminan mengembalikan barang, yang baru dibeli, di beberapa toko besar jika ada harga yang lebih murah di toko lain.

1. Secara umum, harga servis di Indonesia lebih murah dari di Canada. Rasio rata-ratanya sekitar 1:2 untuk Indonesia. Sebaliknya, insinyur Canada diuntungkan oleh harga barang yang lebih murah di Canada dengan angka rasio rata-rata sekitar 5:1.

2. Karena standar hidup buruh di Indonesia dibawah Canada dan harga servis di Indonesia lebih murah, maka wajar jika harga servis di Indonesia perlu naik untuk menaikkan standar hidup buruh Indonesia. Jika kenaikan harga servis di Indonesia tidak terjadi karena peraturan pemerintah atau yang lain, maka buruh-buruh yang menyediakan servis mensubsidi segmen yang yang membeli servis mereka.

3. Harga barang yang lebih mahal di Indonesia disebabkan dua alasan: (i) banyak barang yang komponen harganya tergantung impor dan (ii) 'price markup' masih terjadi. Alasan pertama berarti kemampuan manufaktur pabrikan di Indonesia masih belum bisa bersaing dengan barang impor. Alasan kedua berarti biaya transportasi dan/atau biaya 'siluman' masih tinggi.

4. Dilema yang dialami Indonesia adalah: biaya pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM sudah tinggi padahal hanya dengan cara ini kemampuan manufaktur pabrikan Indonesia bisa membaik.

Monday, April 9, 2012

Indonesia-Canada Price Comparison


I am preparing my talk at the Politeknik UI (Universitas Indonesia) next week on Monday, 16 April 2012. One slide I wanted to share with you is the price comparison table I made.

The most important information is the CDN:INA Purchasing Power Ratio. It is the ratio of the number of same goods purchased with Canadian salary to Indonesian salary. When the Purchasing Power Ratio says "4.2:1", it means the Canadian salary can buy the same item 4.2 times more than the Indonesian salary can for that particular item. It is quite telling.

Sunday, April 8, 2012

Desakan Keluarga


Gaji lulusan universitas (S1) Indonesia kecil. Di pekerjaan pertama, lulusan S1 menerima gaji Rp 3-4 juta/bulan. Kenaikan pendapatan tidak akan cepat. Pengalaman kerja 10 tahun bisa menaikkan gaji awal menjadi sekitar Rp 5-7 juta/bulan di akhir tahun kesepuluh. Ini berarti kenaikan gaji rata-rata 5.5%/tahun, sementara inflasi harga sekitar 6%/tahun.

Lulusan S1 baru bisa bernafas setelah 10 tahun kerja. Saat sekitar usia 35 tahun ini, tergantung dia bekerja dimana, ada beberapa pilihan untuk menaikkan gaji dengan lebih cepat.

Pertama, dia harus buka usaha sendiri, yang bisa dirintis saat usia 30. Posisi yang paling baik di perusahaan untuk mengerjakan ini adalah sales engineer karena akan mendapatkan banyak kontak untuk memulai usaha baru. Jangan ragu jika harus bersaing dengan bos sendiri, karena ini sudah jalannya.

Kedua, dia bisa pindah kerja ke perusahaan asing. Perusahaan asing bisa menggaji 30-50% lebih tinggi dari perusahaan nasional. Kenapa? Karena perusahaan asing ingin mendapatkan karyawan terbaik dan mau keluar uang. Jika mau meraih ini, perbaiki kemampuan bicara dan menulis email berbahasa Inggris.

Ketiga, dia menyalahgunakan posisinya. Desakan kebutuhan rumah tangga akhirnya tidak bisa dibendung. Sudah 10 tahun berkeluarga, masa tidak ada perubahan ekonomi keluarga? Mulailah proyek pembelian barang diproyekkan lagi, waktu pembayaran tagihan supplier dijualbelikan, atau uang yang sedianya untuk beli ini dipakai sebentar untuk beli itu.

Upaya kenaikan gaji dengan menyalahgunakan posisi tidak sehat. Jika merasa kebutuhan keluarga sudah lebih besar dari gaji yang diterima, sebaiknya keluar saja. Keputusan ini amat sangat sering tidak gampang karena dapur harus ngepul terus.

Pemicu utama pengkorupsian jiwa datang dari kebutuhan keluarga yang tidak direncanakan dengan baik.

Gaji awal kecil sebenarnya tidak cukup untuk menopang keluarga. Tapi karena kebutuhan seks tidak bisa dibendung lagi, haruslah lulusan S1 ini menikah secepatnya.

Desakan pihak keluarga mendorong secepatnya punya anak. Begitu punya anak, kebutuhan keluarga akan naik 4-5 kali lipat. Lingkaran kebutuhan uang dimulai.

Saya dulu menikah di usia muda. Di tahun sama saat lulus S1. Saya juga punya anak 1 tahun setelah menikah. Kami diuntungkan tinggal di Canada dimana kami bisa sembunyi dari tuntutan keluarga dan desakan untuk belanja ini itu dari kawan dan saudara. Kami bisa cuek bebek menikmati rumah tangga kami dan membentuknya sendiri tanpa campur tangan orang lain.

Kepada setiap anak muda yang saya temui dan ngobrol di Indonesia, saya selalu menyarankan untuk menunda punya anak. Nikah silakan saja, tapi jangan takut cerai jika tidak cocok.

Biar gampang proses cerainya, jangan keburu punya anak. Logika yang gampang dan mudah dimengerti, tapi sukar untuk dilaksanakan. Disini letak pentingnya memilih pasangan hidup tahan banting dan berkomunikasi dengan terbuka.

Monday, April 2, 2012

Malas Berpikir


Pekerja Indonesia pekerja keras. Saya tahu itu, setelah 11 bulan bekerja di Indonesia. Mereka bekerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore, seperti kebanyakan pekerja di Amerika Utara.

Tugas-tugas yang bersifat rutin, seperti memfotokopi dokumen, mencatat pemasukan dan pengeluaran uang, membalas email, dilakukan dengan cepat. Pekerja Indonesia tidak juga gaptek (gagap teknologi), bahkan canggih karena tidak jarang satu orang punya lebih dari 1 smartphone.

Yang jarang saya temukan adalah pekerja Indonesia mengerjakan analisis, baik data, alur kerja, ataupun pemikiran. Keengganan ini nampak jikapun sudah diminta. Ini kesimpulan dari beberapa kali saya meminta agar analisis dikerjakan dan menerima respon minimum.

Saya pikir ada tiga alasan kenapa pekerja Indonesia kurang suka menganalisa. Pertama, dia harus memutuskan sendiri langkah-langkah yang harus diambil, seperti memilih data apa yang harus dikumpulkan dan diolah. Lalu, memutuskan bagaimana mengolahnya agar bisa terlihat pola angkanya, dan mengambil keputusan dari hasil olahan data.

Jika tidak terbiasa menganalisa saat di sekolah dan universitas, akan kecil kemungkinan kemampuan ini timbul sendirinya di tempat kerja. Cara belajar yang mengedepankan hafalan berpengaruh buruk kepada kemampuan analisa. Ketidakberanian mengambil keputusan datang karena gaya belajar hafalan.

Kedua, tuntutan pekerjaan masih belum sampai ke analisis data. Banyak lapangan kerja di Indonesia yang berhubungan dengan tugas administratif. Mencatat ini itu, mendaftar ini itu, mengantar jemput ini itu. Pekerjaan ini tidak menuntut banyak berpikir. Daya pikir menjadi pasif di tempat kerja.

Ketiga, kemampuan teknis untuk menganalisis masih lemah. Kemampuan ini - untuk analisis teknik - datang dari ilmu dasar: fisika, matematika, kimia. Jika penguasaaan ilmu dasar lemah, maka sukar diharapkan analisis teknik benar dilakukan walaupun keinginan ada. Kurangnya kemampuan teknis ini lalu diisi oleh tenaga ekspat yang juga terlatih mengambil keputusan sendiri karena bersekolah di luar negeri.

Ketidakmampuan mengambil keputusan dengan akal sehat adalah hasil sistem pendidikan Indonesia yang sangat menitikberatkan hafalan dan kepatuhan buta. Setiap mata pelajaran punya potensi untuk mengasah daya pikir siswa, tapi ini jarang dilakukan. Yang penting dalam belajar Sejarah adalah tanggal dan nama. Yang penting dalam belajar Fisika dan Matematika adalah pemakaian rumus-rumus siap pakai.

Saya yakin kenyataan kacaunya sistem pendidikan Indonesia sudah disadari. Jika langkah nyata untuk membetulkan sistem terhalang oleh berjalannya proyek-proyek pendidikan yang sarat uang, maka akan makin runyam nasib bangsa ini.