Produktivitas dalam pengertian engineering adalah output dibagi input. Hukum kekekalan energi tidak berlaku karena orang produktif menghasilkan output lebih besar dari input yang dia butuhkan. Produktivitas dalam pengertian ekonomi setahu saya adalah uang yang dia hasilkan dari bekerja. Orang yang mampu membeli lebih banyak barang dan jasa di satu negara dibandingkan orang lain dibilang lebih produktif, terlepas dari apakah hasil pekerjaannya mempunyai kegunaan (value).
Saya pribadi lebih setuju mengukur produktivitas seseorang dari selisih kemajuan hasil dari waktu ke waktu. Produktivitas buat saya adalah derivatif kurva hasil seseorang terhadap waktu. Saya tidak menghubungkan produktivitas seseorang dengan uang yang dia dapatkan maupun kegunaan yang dia buat dari hasil kerjanya. Karena uang dan kegunaan kerap fungsi apa-apa yang dianggap satu masyarakat berguna. Masyarakat lain negara bisa menganggap hasil kerja yang sama tidak menghasilkan uang ataupun kegunaan.
Saya memakai definisi produktivas yang lebih sukar diukur karena ditetapkan orang per orang sebagai derivatif kurva hasil kerjanya karena konyol jika produktivitas pekerja restoran cepat saji di Calgary dianggap sangat berbeda dibanding pekerja restoran cepat saji yang sama di Surabaya. Anak saya yang masih bersekolah di kelas 2 SMA mendapatkan gaji C$15/jam bekerja di restoran cepat saji sehingga jika dia kerja full-time maka dia mendapatkan C$2400/bulan (Rp 26 juta per bulan). Sementara, pekerja yang sama di Surabaya hanya mendapatkan sekitar Rp 3 juta per bulan. Apakah anak saya 8,5 kali lebih produktif dari pekerja sejenis di Surabaya?
Biaya hidup di Calgary sekitar 4-5 kali lebih tinggi dari di Surabaya sehingga akhirnya biaya makan minum dan penginapan yang lebih mahal di Calgary membuat anak saya akan merasa semiskin atau sekaya pekerja di Surabaya jika yang dia butuhkan hanya makan, minum, dan penginapan.
Selisih gaji yang sangat besar -padahal produktivitasnya sama- di Calgary membuat anak saya menjadi jauh lebih mampu untuk menyewa mobil atau bepergian dengan pesawat terbang. Ini karena harga mobil dan tiket pesawat terbang di Surabaya lebih tidak terjangkau oleh pekerja restoran cepat saji di Surabaya.
Bagaimana caranya agar harga mobil dan tiket pesawat lebih terjangkau? Hanya ada 2 cara. Pertama, dengan menaikkan gaji pekerja. Kedua, dengan menurunkan harga mobil dan tiket pesawat. Yang sekarang dilakukan di tanah air adalah yang pertama dengan memakai jurus investasi dan ekspor. Walaupun ini membantu, saya tidak yakin ini bisa berlangsung puluhan tahun karena beban kenaikan gaji 8,5 kali diatas adalah amat sangat berat. Gampangnya, jika gaji pekerja harus naik 8,5 kali, berapa besar seharusnya kenaikan gaji profesor di Indonesia?
Yang lebih masuk akal dan juga bisa dilakukan bersamaan adalah menurunkan harga mobil dan tiket pesawat. Bagaimana caranya? Mengundang pemain asing untuk berkompetisi akan bisa menurunkan harga. Tapi hanya ada satu cara jitu yang pasti akan menurunkan harga: membuat sendiri mobil dan pesawat terbang. Struktur gaji pekerja yang rendah di Indonesia akan membuat harga produk teknologi buatan Indonesia sangat kompetitif dibandingkan produk serupa dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Canada, dan negara maju lain. Langkah berdikari ini yang sudah dilakukan Cina, Korea Selatan, Jepang untuk keluar dari ketidakmampuan membeli barang dan jasa produk teknologi.
Ekspor akan terjadi dengan sendirinya jika Indonesia bisa membuat produk teknologi seperti mobil dan pesawat terbang sendiri, yang bisa bersaing dengan buatan negara lain.
No comments:
Post a Comment