Tiap tahun saya pergi ke luar Canada untuk menghadiri konferensi, berlibur, maupun naik sepeda motor keliling Amerika Utara. Cukup sering jadinya saya mencek nilai tukar dollar Canada terhadap rupiah, dollar AS, yen, dan mata uang lainnya. Pengalaman ini bukan berarti saya mengerti darimana nilai tukar itu timbul.
Sebagian nilai tukar datang dari sejarah perdagangan dunia. Masyarakat dan negara yang lebih aktif memproduksi barang dengan membeli barang produksi ke manca negara akan menikmati nilai tukar yang lebih kuat. VOC datang ke Maluku untuk membeli pala dan merica dengan murah dan dijual di Eropa dengan lebih mahal. Masyarakat Maluku saat itu tidak mempunyai sarana untuk menjual pala dan merica sendiri ke Eropa sehingga VOC bisa memonopoli rute perdagangan pala dan merica ke Eropa. Kekuasaan dagang ini pada akhirnya membuat mata uang Belanda lebih kuat terhadap rupiah.
Sebagian nilai tukar datang dari kekuatan produksi teknologi. Masyarakat dan negara yang lebih menguasai teknologi mampu membuat barang-barang yang dibutuhkan negara-negara lain yang tidak menguasai teknologi. Negara-negara yang menguasai teknologi jauh lebih sedikit dari mereka yang buta teknologi, jadi kuatnya nilai tukar mata uang adalah juga fungsi kuatnya keunggulan teknologi. Keunggulan teknologi ini juga yang menyebabkan VOC bisa menjajah tanah air ratusan tahun, dari teknologi navigasi laut sampai teknologi senapan dan meriam.
Sebagian nilai tukar datang dari kemandirian mental satu negara. Produk teknologi yang dihasilkan negara lain bisa tidak laku dijual di negara lain jika masyarakat negara pembeli ini menolak membeli produk tersebut. Penolakan ini bisa terjadi karena tarif impor tinggi atau yang lebih jitu karena penentuan sikap masyarakat yang memihak produk dalam negeri. Tarif impor tinggi sukar dilakukan karena perjanjian dagang bilateral maupun multilateral. Penentuan sikap masyarakat mandiri jauh lebih sukar lagi karena butuh sikap mental baja.
Butuh revolusi mental agar satu masyarakat bisa mandiri. Tapi revolusi mental ini tidak mudah. Sudah ada buktinya bahwa lebih mudah membuat infrastruktur jalan dan jembatan daripada mencetak masyarakat cerdas dan produktif.
Gampangnya siapa yang lebih butuh adalah yang lebih lemah dan nilai tukar mata uangnya juga lebih lemah. Perdagangan ekspor impor tentu wajar, tapi yang tidak wajar adalah nilai tukar mata uang yang terus melemah dari tahun ke tahun. Tidak berlebihan jika saya bilang bahwa nilai tukar adalah ukuran pragmatis jitu untuk mengetahui kekuatan ekonomi satu negara karena pertimbangan diatas.
No comments:
Post a Comment