Saturday, March 3, 2012
Mobil Nasional
Indonesia rindu cerita sukses. Mobil Kiat Esemka langsung digadang-gadang sebagai mobil nasional dan optimisme tinggi diumumkan di teve dan surat kabar bahwa era mobil nasional telah tiba.
Optimisme ini mencurigakan dari awal, karena teknologi otomotif sarat dengan ilmu dan teknologi yang terus terang diluar kemampuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ilmu dan teknologi yang perlu dikuasai untuk melahirkan industri otomotif yang tangguh meliputi sistem kontrol elektronik, mekatronik, pengecoran dan machining logam, metalurgi, mekanik, ergonomik, kimia pembakaran (combustion science), dan metal forming.
Investasi yang dibutuhkan juga sangat mahal. Satu CNC (computer numerical control) machine berharga sekitar Rp 2,5 milyar yang mampu memproduksi komponen dengan tolerasi sekitar 6/1000 inch. Taksiran saya, 2 jam dibutuhkan untuk menyiapkan dan membor empat silinder untuk mesin mobil. Jika ingin memproduksi 300 mesin tiap bulan untuk produksi 300 mobil tiap bulan, dibutuhkan 3 CNC machine. Investasi untuk manufaktur ini saja bisa Rp 15 milyar karena selain CNC machine juga dibutuhkan alat-alat kerja lainnya seperti cutting inserts, chucks, dan juga biaya pemeliharaan dan pekerja.
Pembuatan blok transmisi juga menyita modal dan ilmu. Gears harus dibuat dari material steel alloy khusus - biasanya AISI 4130 - dan CNC machine tambahan dibutuhkan. Berbeda dengan engine block yang bisa dibuat dari cast steel, material untuk gears ini sangat keras sehingga pembuatannya pun rumit dan mahal.
Ilmu dan resep pembuatan permukaan yang licin, tahan panas, dan kuat dibutuhkan untuk melapisi silinder agar piston yang bergerak dengan kecepatan 4000 rpm tidak rusak. Riset dibutuhkan untuk bisa mengembangkan teknologi ini karena saya bayangkan Jepang, Jerman, dan AS tidak akan memberikan know-how ini dengan cuma-cuma.
Vehicle dynamics juga dibutuhkan untuk mengatur toleransi dan design mobilnya. Berapa jarak antara axle depan dan belakang? Bagaimana design rangka mobil agar bisa menyerap energi tubrukan kecepatan tinggi? Berapa toleransi engsel dan washers agar kabin mobil bisa bergerak tenang dan tidak bising? Seberapa empuk shock absorber harus disetel agar penumpang merasa nyaman dan mobil tetap terasa kokoh? Ini semua perlu dimodel secara matematik, digambar memakai CAD (computer aided design), dan diuji coba.
Emisi gas buang juga harus dites. Berapa banyak konsentrasi NOX, CO2, dan yang lain. Berapa temperature di kamar pembakaran (combustion chamber)? Berapa campuran optimum antara bensin dan udara agar output power tinggi tapi tetap efisien dan tidak membuang gas beracun terlalu banyak? Teknologi catalytic converter juga harus dikuasai agar paling tidak pemilihan teknologi yang akan dibeli menjadi tepat.
Rasa dan kualitas kabin harus juga bagus. Kursi dan jok terasa mewah tanpa harus mahal. Teknologi injection molding harus dikuasai untuk membuat komponen-komponen kabin seperti dashboard dan lainnya.
Jika mobil nasional akhirnya menjadi industri karoseri, maka hemat saya ini tidaklah cukup dan tidak perlu digembar-gemborkan. Kunci kedigdayaan mobil nasional adalah penguasaan teknologi material dan manufaktur untuk membuat engine block, transmission block, chassis, dan drive train. Jika ini tidak dikuasai, kita harus jujur bilang kita tidak bisa.
Penguasaan ilmu dan teknologi tidak bisa dipolitisasi (baca: diakali oleh poli-tikus). Masalahnya tinggal: mau tidak membiayai riset jangka panjang, dimana uang akan terbuang untuk trial and error mencari teknologi baru. Pembuangan uang ini jauh lebih bagus dan mengena daripada pembuangan uang lewat korupsi dan ekonomi biaya tinggi pemerintah.
Jika ingin memulai industri mobil nasional, mulailah dari penguasaan ilmu material and manufaktur logam. Tiga hal yang perlu dikuasai cepat adalah (i) pelapisan logam agar permukaan licin dan tahan panas; (ii) precision manufacturing memakai CNC; dan (iii) CAD design and modeling.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment