Minggu lalu saya menegur satu tim proyek skripsi karena kurang sekali menghitung keputusan-keputusan rancang disain mereka. Dari mulai ukuran produk sampai spesifikasi teknik produk yang mereka rancang seperti torsi, tenaga kuda, temperature, dan efisiensi alat konversi energi yang dipakai.
Kolega saya yang ikut menghadiri pertemuan kita dengan tim ini sampai nyeletuk: Kalian perlu menghitung dengan seksama semua yang kalian rancang; jangan seperti tukang. Semenit sebelumnya saya hampir berkata sama, tapi saya urungkan karena saya yang mengajar matakuliah ini. Saya pikir saya tidak bisa berkata agak kasar agar mahasiswa tidak ciut hatinya.
Begitulah beda insinyur dari tukang. Insinyur harus bisa menghitung apa-apa yang dia rancang bangun paling tidak dengan 70% rasa kepercayaan (confidence level). Confidence level ini bisa ditingkatkan dengan memakai perhitungan yang lebih akurat baik memakai komputer atau formula2 matematika fisika yang lebih canggih. Tetap intinya adalah: insinyur harus bisa memprediksi performance dan spesifikasi produk yang dia rancang bangun sebelum membuatnya. Jika ini tidak bisa dilakukan, maka tidak ada bedanya antara insinyur dan tukang.
No comments:
Post a Comment