Anakku,
umurmu sudah enam tahun sekarang
masih muda dan panjang jalanmu
aku sendiri baru melangkah tiga puluh
saat ini, sendiri
ibumu dan kamu jauh dariku
Kemarin aku duduk lama di taman
dekat apartemen kita
menyisir pikiran dan rasa.
Teriakan riang remaja main baseball
sepasang muda-mudi berlarian menangkap frisbee
tiga anak kecil hitam dan kakeknya
duduk di bawah pohon rindang
Aku teringat saatku sendiri
empat tahun pertamaku.
Tapi kali ini dahsyat rasa sunyi
menghantam dada.
Rindu mendekap ibumu dan tawa dan tangismu
Sudah banyak aku dengar dan baca
apa itu hidup dan waktu.
Tetap tak bisa ganti
pengalaman sendiri.
Dengarkan apa yang aku ungkapkan
sebelum kamu baca dan alami sendiri.
Hargai kemerdekaan
menyamai hidupmu
Karena dialah pembuka irama hari
dan nyanyi syahdu menjelang tidur.
Jangan bungkam dia sebelum semua indramu
mereguk penuh.
Hidup ini terlalu singkat buat
penakut dan pengecut.
Tajamkan niat
asah nalar untuk maju
memimpin mereka yang akan berbaris
di belakangmu.
Dengan menjadi nahkoda kapalmu sendiri
kamu akan mengenal lautan hidup.
Tirulah gandum, menatap sang mentari
badan tegak dan mata lurus
menyongsong, tangan terbuka lebar.
Biarkan mentari membakar rantingmu
karena hanya itu kamu bisa tumbuh.
Bulir jiwamu menjadi terisi energi
mengalir di tata surya.
Tapi jangan pongah dan lengah,
karena sungai di dekat rumah nenek buyutmu
tak mengalir jauh. Walau berderas lantang.
Sedang kali Brantas dan Bengawan Solo
membawa hanyut debu subur kawah berapi
sampai jauh ke laut. Hampir tanpa gemuruh.
Lalui keseharian dengan gairah dan semangat
sambut sapa selamat pagi, dengan dendang lagu kesukaan.
Tak usah malu dan enggan menari bersama hidup
karena kita toh akan dijemput sang maut.
Peluk dan cium dia
hirup semerbak aromanya dan berlarilah riang
di hari cerah atau penuh badai.
Cari kebenaran
nalar dan rasa menuntunmu.
Jangan ragu tanya atau malas pikir
karena orang lain akan menyita jiwamu
gadaikan di altar jadi-jadian,
jika kamu tidak melangkah sendiri.
Bicara seadanya dan jujur
biar orang mengenalmu
seperti kamu kenal dirimu.
Tidak ada rahasia hidup yang tidak kamu tahu.
Dan tak usah ciptakan mitos dan misteri
karena hanya asingkan kamu
dari orang-orang yang mencintaimu.
Tidak ada yang lebih terhormat
dari kerja sehari penuh
cukupi dirimu sendiri.
Pelajari semua yang kamu temui
selagi masih punya waktu.
Jangan pernah bilang tidak bisa
sebelum kamu jatuh terseok berulang kali.
Tidak ada pekerjaan lebih mulia dari yang lain.
Karena kita hidup bersama, menghirup udara
meminum air, dan menanak nasi
hasil keringat orang lain
ramuan alam warisan nenek moyang.
Kalau kamu jadi pembesar atau orang pintar
Jangan buang muka dari orang-orang
menatapmu hormat kagum.
Kalau kamu jadi pegawai atau pekerja
jangan tundukkan kepala berdiam diri
ragu takut akan pikiran orang lain.
Karena hakikat manusia bukan pangkat dan gelar.
Hanya memberi, bukan mengemis
kamu menjadi kaya raya.
Hanya kegairahan, bukan keengganan,
kamu memetik kebahagiaan.
Hanya mencari, bukan pasrah,
kamu menggenggam kemerdekaan.
Anakku,
waktunya aku bekerja kembali
sudah duduk tiga jam menulis buatmu.
Kalau aku tidak bisa memberimu apa-apa
biarlah puisi ini menjadi
semua yang berharga dariku.
28 August 2000
No comments:
Post a Comment