Friday, June 8, 2012

Negara Pisang


Saya sudah sebulan di Calgary, setelah 1 tahun bekerja di perusahaan swasta di Indonesia. Teman baik saya bilang kalau saya tidak akan kerasan, tapi melihat saya seperti ini menambahkan bahwa saya harus mengalami sendiri.

Tetap ada pelajaran berharga. Pertama, Indonesia tidak nyaman dan mahal untuk berkeluarga. Biaya hidup anak tinggi untuk pendidikan, transportasi, dan kegiatan luar sekolah. Sementara kualitas yang didapat marginal. Kualitas hidup keluarga merosot karena lingkungan hidup rusak. Tidak ada trotoar untuk mengajak anak jalan kaki. Fasilitas hiburan keluarga mahal dan jauh. Semua berpusat di mall.

Hidup di Indonesia – terutama di Jakarta – cocok untuk kaum single saja. Ritual macet setiap hari sangat boros waktu untuk keluarga. Keseharian tidak efisien jika punya anak. Jika ada uang, barulah agak enak hidup di Jakarta. Tapi tetap saja, kualitas lingkungan hidup pas-pasan. Udara kotor polusi asap hitam. Pemandangan kota morat-marit dan baru enak jika masuk mall lagi. Tapi bayar lagi. Bayar lagi.

Kemarin saya ketemu satu keluarga yang baru beberapa bulan pindah ke Calgary. Mereka sebelumnya tinggal di Jakarta, tapi setelah merasakan job assignment di luar negeri sebelumnya, akhirnya memutuskan meninggalkan tanah air. Keluhannya ya itu lah. Keseharian capek dibelit macet. Biaya pendidikan anak semakin mahal. Kualitas lingkungan hidup jelek.

Kedua, bisnis Indonesia cuma jualan doang. Banyak yang bilang: "Ngapain buat, jika jualan saja untungnya banyak." Bahkan banyak juga yang nambahin: "Justru kalau bikin tambah rugi." Nah loh. Ini berarti Indonesia emang dipimpin sama orang-orang tolol dan penakut. Jika jualan untungnya gak karuan, cuma satu penjelasannya. Ada kartel untuk setiap barang dagangan. Enough said.

Kalau mau serius sedikit, bisa saya bilang ada 2 hambatan. Pertama, untuk bisa bikin sendiri peraturan pemerintah harus mendukung industri dalam negeri. Tidak ada liberalisasi perdagangan seenak udelnya WTO jika pemerintah berani lepas dari kepentingan beberapa pihak tertentu. Kedua, kemampuan manufaktur harus membaik. Industri hotel/pariwisata dan makanan Indonesia bagus, tapi industri manufaktur masih sangat jelek. Gimana memperbaikinya?

Ketiga, kuncinya di PENDIDIKAN. Jalan ke arah perbaikan kemampuan manufaktur cuma ada di perbaikan kualitas pendidikan. Ribut ujian nasional yang tanpa ujung menghambat perbaikan kemandirian berpikir dan kualitas ketrampilan jutaan anak Indonesia. Kenapa kok tidak dibereskan? Ya itulah, Indonesia memang dipimpin orang tolol dan penakut. Pendidikan kunci utama untuk maju. Lihat sejarah Singapore, Korea Selatan, Jepang, Cina. Lihat sejarah Eropa sejak abad 15 dan Amerika Utara sejak abad 16.

Keempat, perkuat universitas agar bebas, cerdas, dan ngayomi masyarakat. Negara manapun yang maju syaratnya ya itu: punya universitas berkualitas. Gaji guru dan dosen rendah tidak membantu ke arah ini.

Udah ah. Capek nulis melulu. Ini juga kebetulan ada waktu luang sambil nunggu kiriman kasur.